Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Misalnya, kita mengukur efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio aktivitas yang pertama adalah rasio perputaran aset atau aktiva (asset turnover). Cara menghitungnya adalah dengan membagi total pendapatan atau penjualan dengan total aset atau aktiva perusahaan. Rasio ini sangat berguna untuk menghitung nilai penjualan yang dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Sebagai contoh jika sebuah perusahan memiliki total penjualan Rp 50 miliar dan total aset Rp 100 miliar, artinya rasio perputaran asetnya sebesar 0,5 kali.
Perusahaan yang memiliki margin keuntungan rendah biasanya memiliki rasio asset turnover tinggi, sementara yang margin keuntungannya tinggi memiliki asset turnover rendah. Dalam beberapa industri, misalnya industri ritel, rasio perputaran aset biasanya tinggi karena dalam industri ini ada persaingan harga yang sengit. Dengan kata lain, untuk bisa memperoleh penjualan yang tinggi sebuah perusahaan harus bekerja keras memutar asetnya.
Rasio yang kedua adalah rasio perputaran persediaan atau inventory turnover. Cara menghitungnya adalah dengan membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan dalam satu tahun. Adapun cara menghitung rata-rata persediaan adalah dengan menambahkan persediaan di awal tahun dengan persediaan di akhir tahun dan kemudian dibagi dua [( persediaan awal+persediaan akhir)/2].
Makin tinggi inventory turnover, semakin efisien perusahaan itu. Tapi, jika inventory turnover-nya rendah, ini pertanda buruk. Sebab, sebagian persediaannya hanya ngendon di gudang.
No comments:
Post a Comment