Celah yang Dapat Dimanfaatkan Bank untuk Masuk ke Segmen UMKM


Dari perubahan perilaku masyarakat mengenai hubungannya dengan bank seperti telah dijabarkan diatas dapat ditarik celah peluang yang dapat dimanfaatkan bank dalam merambah segmen UMKM.


Gambar 13 Konsep Jasa Layanan Perbankan dalam Lingkup Klaster Industri

UMKM adalah segmen retail dengan volume usaha kecil. Produk jasa perbankan yang ditawarkan pada segmen UMKM harus memenuhi kebutuhan dan menjadi problem solving UMKM yang selama ini dialami dalam hubungannya dengan bank. Value added ditawarkan sebagai bentuk diferensiasi produk bank. Secara umum layanan yang dapat ditawarkan bank kepada segmen UMKM diantaranya:
v  Layanan Transaksi Keuangan: Menyediakan layanan transaksi usaha secara aman dan nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang mesin ATM di lokalsi-lokasi bisnis UMKM seperti didekat pasar tradisional.
v  Layanan Komunikasi: Layanan komunikasi diberikan untuk membantu pelaku usaha UMKM dalam hubungannya dengan bank. Komunikasi dapat dilakukan pada saat penawaran produk, transaksi dan setelah transaksi baik funding maupun lending.
v  Layanan Pendampingan: Layanan pendampingan yang ditawarkan bank dapat berupa saran bisnis dan manajemen. Komunikasi antara bank dengan pelaku UMKM harus di-maintain dan ditingkatkan sehingga terbentuk suasana kekeluargaan namun dengan hubungan yang mengedepankan profesionalitas.

Strategi layanan pada segmen retail adalah fleksibilitas dan durabilitas. Untuk melakukan pendekatan pada segmen UMKM bank harus mengedepankan pendekatan personal dan membangun komunikasi dengan meningkatkan intensitas kunjungan. Untuk menjangkau segmen UMKM bank harus membuka cabang atau unit di lokasi sentra UMKM yang kebanyakan terdapat di daerah.

Berdasarkan konsep diatas bank dapat menawarkan jasa perbankan dengan model baru sesuai dengan layanan keuangan yang dibutuhkan usaha kecil dan menengah. Dengan memanfaatkan teknologi komputerisasi dan informasi bank dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut untuk menambah nilai (value added) dari jasa yang ditawarkan.
  • Bank dapat menggalang atau membuat klaster nasabah atau debitur usaha kecil dan menengah.
  • Berdasarkan data debitur atau nasabah bank dapat membangun multidimensional networking antara nasabah atau debitur yang tergolong UMKM dengan industri atau lembaga lainnya untuk meningkatkan daya saing UMKM.
  • Menyediakan layanan terpadu untuk akses pasar melalui layanan UMKM maupun yang menayangkan etalase produk dari nasabah atau debitur yang tergolong usaha kecil dan menengah.
  • Mengadakan pertemuan pasar dengan mengundang debitur maupun nasabah dengan yang tergolong UMKM maupun usaha besar.
Layanan yang ditawarkan oleh bank harus dapat memenuhi kebutuhan segmen UMKM. Berdasarkan karakter dan kebutuhan UMKM, sebenarnya UMKM membutuhkan layanan jasa perbankan baik funding maupun lending yang terintegrasi. Layanan yang terintegrasi yaitu layanan yang memberikan kemudahan transaksi, pembelajaran dalam hubungannya dengan bank, peningkatan pengetahuan dari sisi manajemen dan bisnis serta meningkatkan networking antar komunitas bisnis. Layanan perbankan tersebut harus dikomunikasikan secara sederhana melalui pendekatan kekeluargaan.
Perbankan sudah memandang usaha kecil dan menengah sebagai pasar potensial dalam penyaluran kredit maupun pengumpulan dana pihak ketiga. Bank BRI adalah pelopor masuknya perbankan ke pasar tersebut. Sekarang Bank BRI menjadi market leader pada pasar usaha kecil dan menengah. Melalui keuletan mengembangkan jaringan cabang yang sampai ke pelosok desa, Bank BRI berhasil menguasai pasar UMKM. Dengan menjadi bank terbesar ketiga di Indonesia dan masuk 500 Fortune dengan kategori perusahaan yang mencapai laba tertinggi, kesetiaan BRI terhadap pasar UMKM membuktikan bahwa pasar UMKM adalah pasar yang potensial bagi perbankan.

Melalui pemahaman pasar, pelaku usaha (konsumen/nasabah/debitur) bank dapat menentukan mekanisme layanan yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan pasar UMKM. Aspek penilaian dan prosedur adalah mekanisme penting untuk menunjang layanan dan keberhasilan bank dalam mengakuisisi pasar UMKM. Sampai saat ini belum ada mekanisme yang efektif dan efisien untuk mengembangkan prosedur dan penilaian penentuan kelayakan bagi usaha kecil dan menengah. Mengingat peran sentral atas mekanisme tersebut kerangka penilaian diatas dapat dijadikan acuan untuk pengembangan lebih lanjut guna mendapatkan mekanisme sistem yang efektif untuk melayani pasar UMKM.

Bank Merambah Segmen UMKM



Setelah berbagai dampak krisis ekonomi yang disebabkan oleh gejolak ekonomi dari luar negeri perbankan mulai melirik segmen UMKM supaya ketergantungan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana tidak tergantung pada investor atau ekonomi luar negeri. Keberhasilan BRI menjadi inspirasi perbankan untuk merambah segmen UMKM. Tentunya bank sekarang tidak bisa menggunakan strategi yang sama ketika BRI masuk menggarap segmen UMKM pada 30 tahun silam.


Strategi Bisnis
Lingkungan bisnis pada tiga puluh tahun yang lalu tentunya berbeda dengan lingkungan bisnis sekarang. Perubahan lingkungan bisnis tentunya membawa peluang dan ancaman. Peluang bagi yang dapat memanfaatkannya dan ancaman bagi yang tidak siap menghadapi perubahan. Sebelum merambah segmen UMKM sebaiknya sebuah bank menetapkan terlebih dahulu strategi bisnis. Formulasi strategi meliputi pengamatan lingkungan, identifikasi peluang dan strategi implementasi. Untuk identifikasi peluang dan pengamatan lingkungan adalah sebagai berikut:
  • Loyalitas dan Profitabilitas UMKM
Dalam hubungannya dengan bank UMKM adalah konsumen yang loyal dan profitable. Ketika BCA mencoba merambah pedesaan dengan menawarkan layanan kemudahan transaksi dan bunga rendah (dibawah bank BRI), kebanyakan pelaku usaha atau usaha kecil dan menengah tetap setia menjalin hubungan dengan Bank BRI. Kejadian diatas menyatakan bahwa pengaruh bunga terhadap segmen UMKM tidak terlalu signifikan dan dalam hubungannya dengan bank segmen UMKM lebih mengutamakan kualitas yang bersifat kekeluargaan. Hal tersebut menegaskan bahwa UMKM merupakan segmen yang profitable. Walaupun dikenakan biaya bunga yang tinggi dan dengan volume bisnis yang kecil UMKM masih dapat menjadi konsumen bank.
  • Perubahan Teknologi
Perbankan merupakan industri yang sangat erat kaitannya dengan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi memberi pengaruh pada kemudahan transaksi perbankan. BCA adalah salah satu bank yang mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai daya saing untuk menghadapi persaingan dengan bank lain. Strategi BCA diikuti oleh Bank Mandiri, Bank Danamon, Bank BII dan bank lainnya yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. ATM, eBanking, dan credit card adalah beberapa contoh produk perbankan yang memanfaatkan teknologi untuk memudahkan transaksi sebagai bentuk layanan moderen yang sudah umum ditawarkan.
  • Perubahan Struktur dan Perilaku Masyarakat
Salah satu faktor yang paling dominan mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat adalah teknologi. Untuk menawarkan jasa yang cocok dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat, bank harus mengetahui perilaku masyarakat. Perubahan perilaku masyarakat perlu diidentifikasi oleh bank. Merujuk pada perkembangan sekarang perubahan perilaku masyarakat yang ada hubungannya dengan bisnis perbankan adalah sebagai berikut:
o   Kemudahan dan keamanan layanan transaksi (tidak suka membawa uang kas banyak).
o   Membentuk suatu komunitas dengan identitas tertentu yang mempererat hubungan antar anggota komunitas.
o   Menginginkan layanan yang customize yang sesuai dengan karakter individu atau masyarakat tertentu.

Permasalahan UMKM dalam Hubungannya dengan Bank

Permasalahan UMKM dalam Hubungannya dengan Bank 
Usaha kecil dan menengah sering kali mempunyai masalah dalam hubungannya dengan bank. Permasalahan yang umum terjadi antara bank dengan usaha kecil dan menengah adalah permasalahan persepsi dan misunderstanding antara keduabelah pihak. Bank seringkali menyamakan karakter bisnis UMKM dengan karakter bisnis segmen korporasi. Hal ini menyebabkan pendekatan yang dimulai dari prosedur produk yang ditawarkan serta administrasi yang ditawarkan oleh bank menjadi kendala bagi usaha kecil dan menengah dalam menjalin hubungan dengan bank. Kendala usaha kecil dan menengah dalam berhubungan dengan bank diantaranya yaitu:
  • Harus memiliki jaminan untuk memperoleh kredit bank
  • Jenis jaminan tertentu saja yang dapat diterima
  • Bank tidak terlalu memperdulikan usaha kecil karena tidak memiliki kemampuan finansial yang besar
  • Birokrasi yang berbelit-belit
  • Kurangnya kepercayaan perbankan terhadap usaha kecil
  • Bunga yang tinggi
  • Administrasi yang rumit
  • Kurangnya pelayanan untuk usaha kecil
  • Persyaratan yang bermacam-macam
  • Tidak mengetahui prosedur untuk memperoleh kredit bank
  • Prosesnya lama
 Komunikasi yang belum didasari saling pengertian menjadi masalah ketika bank menyalurkan pembiayaan ke segmen usaha kecil dan menengah. Baik bank maupun pelaku usaha kecil dan menengah tidak dapat mengidentifikasi kebutuhan dan kemampuan kredit yang diajukan. Permasalahan yang sering dihadapi setelah penyaluran kredit kepada pelaku usaha maupun penyelesaian kredit bermasalah diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Tingginya bunga yang dibebankan
  • Pendapatan yang semakin berkurang
  • Pasar semakin sulit
  • Debitur tidak memiliki aset yang sesuai sebagai jaminan
  • Proses peminjaman modal kurang ditanggapi
  • Terbatasnya modal
  • Tidak memiliki dana segar
  • Terlalu banyak persyaratan dari bank

Adanya misunderstaning antara bank dengan UMKM adalah tantangan bagi bank yang akan merambah segmen tersebut. Bank dapat memenuhi ketidakpuasan layanan perbankan dari incumbent.

Peranan UMKM bagi Bank dalam Perekonomian


Bank memegang peran sebagai penyedia kebutuhan uang seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan akan uang berbanding lurus dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Perusahaan besar adalah konektor kegiatan ekonomi lokal dengan ekonomi global. Keberadaan perusahaan besar sebagai konektor dengan sendirinya mentransmisikan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi menjadi bentuk baru yang disebut itegrasi ekonomi global.

Gambar  Sirkulasi Bisnis UMKM dengan Bank dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian

Keseimbangan porsi kegiatan ekonomi lokal yang dimotori oleh usaha kecil dan menengah dan ekonomi global yang dimotori oleh perusahaan besar sangat penting untuk menjaga stabilitas eknomi. Ketidakseimbangan pertumbuhan, jumlah uang dan kegiatan bisnis kedua kegiatan ekonomi diatas akan menjadi gap yang akan menimbulkan lack of capital sehingga pada saat ekonomi lokal tidak bisa menopang kegiatan ekonomi global atau sebaliknya perekonomian akan mengalami penyesuaian yang biasa disebut dengan depresi ekonomi.

Dalam struktur ekonomi bank mempunyai peranan vital. Selain mendistribusikan modal bank juga sebagai economic guard berjalannya laju perputaran ekonomi. Di era globalisasi seperti sekarang sangat tepat jika sebuah bank terjun ke segmen usaha kecil dan menengah untuk mengurangi risiko atas kegiatan ekonomi global.

Peran UMKM dalam Ekonomi Lokal


Sebelum terjun ke segmen UMKM bank harus memahami perputaran ekonomi lokal. Hal ini dikarenakan ketika bank terjun ke segmen UMKM berarti bank masuk ke dalam perputaran ekonomi lokal suatu daerah yang perilaku dan karakternya berbeda dengan industri besar.

Dalam lingkup perekonomian usaha kecil dan menengah merupakan sektor yang menggerakan kegiatan ekonomi lokal. Pergerakan ekonomi lokal dimotori usaha kecil dan menengah. Sebagai titik sirkulasi kegiatan ekonomi usaha kecil dan menengah mampu menjaga tingkat daya beli masyarakat. Sirkulasi ekonomi yang dimulai dari produksi, distribusi dan konsumsi yang bersifat lokal menghasilkan pendapatan dasar masyarakat. Proses ini dapat dilakukan dengan pertukaran sumber daya alam murni maupun melalui proses produksi untuk menghasilkan nilai tambah suatu barang.

Kemampuan perputaran ekonomi lokal tergantung pada seberapa jauh kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi oleh aktivitas ekonomi tersebut. Dengan mendasarkan pemenuhan kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan aktivitas ekonomi berarti kekuatan ekonomi lokal terletak pada sumber daya alam dan pengelolaannya. Ketika kebutuhan dasar (makan minum pakaian dan perumahan) terpenuhi kebutuhan yang bersifat physical (hiburan, kenyamanan, prestis) menjadi kebutuhan baru. Setelah kebutuhan baru terpenuhi akan muncul keinginan baru yang harus dipenuhi juga. Perputaran ekonomi lokal tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginan masyarakat yang terus bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut ekonomi lokal harus berinteraksi dengan otoritas ekonomi lokal lainnya sehingga tercipta koneksi yang membentuk perputaran ekonomi global.

Perputaran ekonomi lokal terbentuk atas dasar pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Oleh karena itu bentuk kegiatan pada ekonomi lokal didominasi oleh pertukaran barang atau kegiatan usaha perdagangan. Jadi terbentuknya usaha kecil dan menengah dimulai dari pemenuhan atas kebutuhan dasar masyarakat dengan melakukan kegiatan pertukaran barang dan jasa. Peran sentral usaha kecil dan menengah dalam ekonomi lokal adalah pemenuhan atas kebutuhan dasar yang menghasilkan pendapatan dan konsumsi dasar masyarakat.

Potensi UMKM bagi Perbankan


Selama ini perbankan hanya bertumpu pada industri besar baik dalam penyaluran kredit maupun dalam akuisisi dana pihak ketiga. Konsekuensi perilaku perbankan diatas adalah dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit terkonsentrasi pada industri atau perusahaan tertentu. Dana yang diperoleh bank menjadi mahal ketika akuisisi DPK terkonsentrasi pada suatu kelompok nasabah atau debitur. Bank harus membutuhkan dana yang besar dan pemantauan ekstra untuk meminimalisir risiko likuiditas mengingat keadan ekonomi global sangat berpengaruh terhadap industri besar.

Seperti yang terjadi sekarang, bank mengalami kesulitan likuiditas sebagai dampak dari krisis finansial global. Dampak krisis finansial global terhadap industri besar terasa pada penurunan permintaan dari luar negeri yang terus menurun. Pada titik tertentu dimana pendapatan perusahaan tidak bisa menutup biaya produksi maka pembayaran utang pada bank akan tertunda. Kejadian tersebut akan menaikan NPL, mengurangi laba, dan meningkatkan risiko likuiditas bank. Untuk meminimalisir risiko bank harus memecah portofolio kredit maupun kolektibilitas dana pihak ketiga. Usaha kecil dan menengah adalah solusi atas peningkatan risiko bank sebagai dampak dari globalisasi ekonomi.
Dilihat dari PDB tahun 2005 sampai 2007 usaha kecil dan menengah berkontribusi besar dalam struktur PDB. Usaha kecil dan menengah secara berkontribusi sebesar 3,33% untuk tahun 2005, 3,21% untuk tahun 2006 dan 3,57% untuk tahun 2007.

Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008, Berita Resmi Statistik, BPS.

Gambar : Sumber Pertumbuhan Ekonomi 2005 - 2007

Pada tahun 2006 usaha kecil dan menengah berkontribusi 3,21% dari PDB nasional yang besarnya 5,51%. Sedangkan pada tahun 2007 usaha kecil dan menengah berkontribusi 3,57% dari PDB nasional yang besarnya 6,32%. Data diatas menunjukkan walaupun akselerasi pertumbuhan kelompok usaha kecil dan usaha besar pada umumnya tidak secepat usaha menengah, namun dengan peranannya yang cukup besar dalam penciptaan nilai tambah nasional sumbangan kedua kelompok usaha ini terhadap laju pertumbuhan ekonomi menjadi cukup signifikan peranannya.

Karakteristik Bisnis UMKM


Bentuk dan sistem bisnis UMKM sangat unik dimana keberadaan UMKM terdapat dimana-mana, dikelola dengan tradisional dan turun temurun, serta tidak didukung dengan knowledge untuk menambah nilai ekonomi suatu produk, namun demikian bisnis yang dijalankan secara sederhana ini mendominasi perekonomian nasional. Berdasarkan bentuk dan sistem bisnis tersebut seringkali UMKM dipersepsikan sebagai segmen yang tidak menarik seperti sebagai berikut:
  • UMKM sebagai sektor yang complicated, high risk dan low profit. UMKM atau yang biasa disebut usaha kecil dan menengah sering kali tidak dikelola secara profesional. Pengelolaan harta pribadi dan aset usaha seringkali digabung menjadi satu. Keadaan tersebut yang menyebabkan bank selama ini cenderung untuk menjauhi segmen UMKM.
  • Seringkali memiliki jaminan terbatas. Usaha kecil dan menengah seringkali tidak memiliki jaminan yang cukup untuk plafon pinjaman yang diajukan.
  • UMKM sangat sulit untuk menjadi bisnis yang besar (korporasi). Para pelaku bisnis yang termasuk dalam golongan UMKM sering kali merasa puas atas prestasi yang telah diraih berkaitan dengan usahanya. Faktor yang membuat UMKM kesulitan untuk menjadi besar diantaranya terbatasnya channel dengan dunia luar, keterbatasan modal, dan keterbatasan pengetahuan.
 Seharusnya UMKM atau yang sering disebut sebagai usaha kecil dan menengah dapat menjadi besar namun berbagai kendala manajemen dan permodalan menyebabkan usaha kecil dan menengah ini seringkali kali kalah bersaing dengan perusahaan besar. Walaupun berbagai kendala untuk maju yang menghadang industri kecil dan menengah sangat banyak namun industri tersebut tetap mempunyai prospek yang cerah bagi penyaluran kredit perbankan. Pada umumnya industri kecil dan menengah mempunyai lingkup bisnis bersifat lokal, namun bagi industri tertentu khususnya yang berhubungan dengan kerajinan, banyak industri kecil yang mempunyai pasar ekspor. Dari penjabaran diatas disimpulkan perilaku industri kecil secara umum adalah sebagai berikut:
  • Karena pasarnya yang bersifat lokal dengan skala usaha yang relatif kecil, kedua hal tersebut menjadikan industri kecil dan menengah cenderung tidak terpengaruh oleh keadaan ekonomi global.
  • Pengelolaan perusahaan belum dijalankan secara profesional. Bentuk manajemen masih bersifat family business.
  • Belum ada visi dan misi yang jelas mengenai rencana jangka panjang perusahaan. Hal ini menyebabkan kontinuitas usaha UMKM biasanya terkendala oleh regenerasi saat peralihan pengelolaan usaha dari generasi perintis ke generasi penerus.
  • Usaha kecil dan menengah menyerap tenaga kerja lebih banyak dari usaha besar.

Seperti diungkapkan didepan, perilaku dan karakter usaha kecil dan menengah berbeda dengan usaha besar. Perilaku yang tercermin dari pengelolaan bisnis, permodalan, networking dan leadership dan inovasi menggambarkan karakter usaha kecil dan menengah bahwa unik dan komplek.  
Tabel Karakteristik dan Strategi Pendekatan Bank terhadap UMKM
KARAKTERISTIK BISNIS
Modal kecil (terbatas).
Perputaran modal cepat.
Tidak ada pemisahan antara harta pribadi dengan harta usaha.
Manajemen tradisional (pencatatan, pelaporan dan SOP belum memenuhi setandar ISO).
Lingkup bisnis bersifat lokal.
Jenis usaha padat karya.
Kesinambungan usaha tidak pasti (regenerasi tidak jelas).
Keberadaanya tersebar di desa sampai kota.

Positioning bank pada segmen UMKM dapat ditentukan berdasarkan perilaku dan karakteristik bisnis UMKM. Positioning bank terhadap segmen usaha kecil dan menengah diimplementasikan melalui pendekatan-pendekatan seperti pada tabel diatas.

Karakteristik UMKM


Tidak seperti industri besar yang keberadaannya terkonsentrasi di kota, keberadaan UMKM tersebar menyeluruh dari daerah pedesaan, urban maupun perkotaan. Dalam struktur perekonomian UMKM adalah cikal bakal dari industri besar. Di negara maju persentase industri kecil dan menengah yang menjadi perusahaan besar lebih tinggi dibandingkan dengan UMKM di negara berkembang. Di Indonesia sendiri selama ini pemerintah maupun pelaku bisnis bangga dengan usaha kecil dan menengah. Rasa bangga tersebut tidak diiringi semangat mengembangkan usaha kecil dan menengah menjadi perusahaan besar. Pada umumnya usaha kecil dan menengah mempunyai kendala di bidang sebagai berikut:
Ø  Permodalan   : Disamping kurang mencukupinya jaminan yang dimiliki oleh usaha kecil dan menengah untuk meminjam modal ke bank, di daerah selama ini sulit mendapatkan akses modal karena kurangnya informasi mengenai permodalan. Faktor lain penyebab permasalahan permodalan pada usaha kecil dan menengah adalah adanya persepsi dikalangan pelaku UMKM bahwa meminjam ke bank mempunyai risiko yang lebih besar dan memberatkan.  
Ø  Manajerial     : Manajemen menjadi permasalahan yang paling utama dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Visi dan misi serta pengelolaan bisnis usaha kecil dan menengah tidak dilakukan dengan sistem manjemen dan perancanaan bisnis dengan baik. Hal tersebut menyebabkan kebanyakan usaha kecil dan menengah tidak dapat berkembang. Manajemen masih dikelola secara tradisional dimana harta pribadi dan modal usaha masih tercampur. Tidak adanya pemisahan harta pribadi dengan modal usaha menggambarkan tidak adanya rencana bisnis dan investasi untuk mengembangkan usaha. Tata kelola keuangan pribadi dan usaha yang tercampur juga seringkali menjadi penyebab kebangkrutan pada bisnis UMKM dimana penggunaan modal usaha untuk kepentingan pribadi tidak terkontrol dengan baik.
Ø  Networking    : Kebanyakan usaha kecil dan menengah terutama di daerah tidak mempunyai akses langsung ke pasar. Industri kecil dan menengah sulit untuk melakukan ekspansi pasar lebih luas. Sehingga lingkup usaha industri kecil dan menengah hanya bersifat lokal. Networking menjadi salah satu unsur modal intangiable yang menentukan perkembangan bisnis UMKM. Melalui networking pelaku bisnis dapat mengembangkan wacana bisnis guna pengembangan bisnis di masa yang akan datang.
Ø  Leadership     : Leadership dalam lingkup ini adalah karakter dan pengetahuan pelaku bisnis UMKM dalam mengelola usahanya. Leadership dalam UMKM bukan menyangkut jenis-jenis gaya kepemimpinan. Leadership dalam UMKM menyangkut apakah pelaku sekaligus pemimpin bagi usahanya berkeinginan membesarkan usahanya, apa yang dicita-citakan oleh pemilik usaha yang dalam hal ini sekaligus sebagai pengelola mengenai perkembangan usahanya kedepan, apakah pelaku mempunyai semangat belajar untuk mencapai cita-citanya.
Ø  Inovasi            : Dalam lingkungan bisnis modern inovasi menjadi faktor utama peningkatan daya saing. Kebanyakan usaha kecil dan menengah dan industri di Indonesia masih kurang sadar dengan peningkatan daya saing. Persepsi mengenai inovasi membutuhkan biaya besar merupakan kendala bagi pengembangan inovasi baik dari sisi pengembangan produk, sistem distribusi, organisasi dan teknologi.

Faktor utama yang menjadi kendala usaha kecil dan menengah adalah pengelolaan usaha atau manajerial. Secara berurutan kendala usaha kecil dan menegah yang kedua sampai ke lima yaitu networking, leadership, inovasi dan permodalan. Karena usaha kecil dan menengah mendominasi perekonomian dimana keberadaanya mencapai 94% dari keseluruhan usaha maka kelima faktor utama kendala usaha kecil dan menengah tersebut sering dikatakan sebagai faktor umum yang menjadi kendala untuk meningkatkan daya saing industri nasional.

Tingkat Risiko Pasar UMKM


UMKM merupakan pasar potensial perbankan baik unuk penyaluran kredit maupun untuk akuisisi dana pihak ke tiga. Setelah melihat pasar UMKM persektor ekonomi melalui tingkat nilai barang yang dihasilkan, besarnya kredit yang sudah disalurkan dan tingkat NPL disimpulkan sektor usaha pada industri kecil dan menengah yang potensial bagi perbankan adalah sebagai berikut:
Tabel Potensi SME per Sektor
Sektor Ekonomi
PDB 2007 (triliun)
Total Kredit January 2009 (miliar)
Total NPL January 2009 (miliar)
NPL/Kredit
Kredit/PDB
Pertanian
524,06
19.082
1.134
0,059
0,036
Pertambangan
51,79
1.657
100
0,060
0,032
Perindustrian
255,47
44.707
3.774
0,084
0,175
Listrik
2,82
549
8
0,015
0,195
 Konstruksi
201,77
15.797
888
0,056
0,078
Perdagangan
569,99
152.115
6.301
0,041
0,267
Pengangkutan
135,9
8.442
394
0,047
0,062
Jasa dunia Usaha
194,08
40.022
1.108
0,028
0,206
Jasa social
185,42
7.601
270
0,036
0,041
Lain-lain
N/A
335.009
6.736
0,020
N/A
Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia.
 Ã˜  Sektor perdagangan dengan nilai barang yang dihasilkan sebesar 569,99 triliun dengan tingkat kemacetan sebesar 0,047% dari total kredit adalah pasar yang paling potensial bagi perbankan.
Ø  Sektor jasa dunia usaha dan jasa sosial dapat menjadi pasar potensial perbankan. Nilai barang yang dihasilkan pada sektor tersebut mencapai 194,08 triliun dan 185,42 triliun dengan tingkat kemacetan sebesar 0,028% dan 0,036%.

Penyaluran Kredit Perbankan terhadap Sektor UMKM


Dalam dunia perbankan, BRI adalah bank pertama yang serius dan konsisten menggarap pasar UMKM. Keseriusan BRI membuahkan hasil dengan menjadi bank dengan laba tertinggi pada tahun 2008. Di tengah krisis ekonomi nasabah dan debitur UMKM menjadi penopang BRI sehingga selama ini bank tersebut cenderung tidak terpengaruh oleh keadaan ekonomi global.

Produk UMKM Perbankan
Keberhasilan BRI menjadi salah satu faktor bagi perbankan nasional untuk segera mengakuisisi pasar UMKM. Pertumbuhan kredit UMKM tidak terlepas dari keberadaan produk UMKM. Untuk mengakuisisi pasar UMKM bank mengembangkan produk khusus UMKM. Melalui diversifikasi produk UMKM yang menawarkan fitur dan layanan berbeda satu dengan lainnya pelaku usaha UMKM dapat dengan mudah mendapatkan fasilitas dari bank yang sesuai dengan kebutuhannya. Sekarang setiap bank mempunyai produk yang khusus untuk melayani pasar UMKM.

Dalam persaingan mengakuisisi pasar UMKM perbankan menawarkan berbagai produk untuk meningkatkan layanan terhadap pelaku usaha UMKM. Pengembangan produk perbankan untuk pasar UMKM seperti pada tabel di atas menggambarkan bahwa perbankan nasional menyadari potensi UMKM dan serius menggarap pasar tersebut. Tingkat persaingan perbankan dalam mengakuisisi pasar UMKM sudah mulai meningkat.
Perkembangan peningkatan persaingan perbankan dalam merambah segmen UMKM harus disikapi cerdik oleh perbankan. Mengingat pasar UMKM yang sangat luas dan masih banyak potensi usaha yang belum terlihat, perbankan tidak boleh terjebak pada persaingan yang terkonsentrasi hanya pada salah satu sektor usaha.

Perkembangan Kredit UMKM
Pada tahun 2003 perbankan nasional mulai meyadari potensi pasar UMKM. Langkah BRI yang konsisten melayani pasar UMKM mulai diikuti oleh bank lainnya. Penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM pada tahun 2003 mencapai Rp. 125.878 miliar. Hingga tahun 2008 total kredit yang disalurkan pada pasar UMKM mencapai Rp. 263.369 miliar. Penyaluran kredit perbankan pada sektor UMKM terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan banyaknya bank yang mulai merambah pasar UMKM.

Indikator Perbankan Indonesia, Bank Indonesia.


Gambar Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan pada Sektor UMKM

Diperkirakan penyaluran kredit perbankan pada sektor UMKM untuk tahun 2009 juga akan terus mengalami pertumbuhan. Pasar UMKM menjadi solusi tunggal penyaluran kredit supaya bank tidak kelebihan beban operasional dengan tetap menyalurkan kredit ditengah krisis finansial global. Bagi perbankan pasar UMKM juga merupakan solusi untuk mengurangi resiko kredit yang terkonsentrasi pada industri tertentu.
Pasar UMKM bagi perbankan masih cukup besar. Penyaluran kredit sebesar Rp. 263.369 miliar masih cukup kecil dibanding dengan nilai produk yang dihasilkan oleh sektor UMKM yang mencapai Rp. 1.779 triliun.
Pasar UMKM mempunyai cakupan luas. Untuk menyederhanakan pasar UMKM dapat dibagi berdasarkan sektor ekonomi. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2007-2008 penyaluran kredit perbankan pada pasar UMKM terkonsentrasi di sektor perdagangan. Sampai pada bulan Januari 2009 penyaluran kredit perbankan pada sektor perdagangan mencapai Rp. 152.115 miliar. Penyaluran kredit pada sektor perindustrian sampai ada bulan Januari 2009 mencapai Rp. 44.707 miliar. Sedangkan penyaluran kredit UMKM pada sektor jasa dunia usaha mencapai Rp. 40.022 miliar.

Peran UKM dalam Perekonomian


Selama ini usaha kecil dan menengah telah menjadi tumpuan perekonomian nasional. Jumlah usaha kecil dan menengah mencapai 48.929.636 unit usaha menguasai sekitar 99% kegiatan ekonomi nasional. Walaupun nilai barang yang dihasilkan per unit usaha kecil namun dengan jumlah yang sangat banyak UMKM mampu menghasilkan nilai produk yang sangat tinggi.

Kontribusi UKM terhadap PDB
Pada krisis ekonomi 1998 ketika sektor moneter jatuh, perekonomian digerakan oleh kegiatan usaha kecil dan menengah. Pada saat sekarang ketika krisis finansial global memukul perekonomian nasional kegiatan usaha UMKM menjadi penopang perekonomian nasional. Karena jumlahnya yang sangat banyak usaha kecil mampu memberi kontribusi besar terhadap PDB.
 Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006 – 2007, Kementrian Koperasi dan UMKM.


Gambar Persentase Kontribusi UKM terhadap PDB

Secara keseluruhan pada tahun 2005 dan 2006 usaha kecil dan menengah memberikan kontribusi terhadap PDB mencapai 53,54% dan 53,28% dimana kondtribusi usaha kecil sebesar 37% dan usaha menengah sebesar 15%. Sedangkan kontribusi usaha besar terhadap PDB pada tahun 2005 dan 2006 sebesar 46,46% dan 46,72%.

Nilai barang yang dihasilkan industri kecil pada tahun 2006 mencapai 1.258 triliun industri dan menengah 521 triliun. Dilihat dari nilai barang yang dihasilkan pasar industri kecil lebih besar dibandingkan dengan industri menengah. Namun keberadaan industri kecil sulit dijangkau karena tersebar didesa sampai kota. Industri menengah merupakan downstream dari industri besar sehingga keberadaannya tidak jauh dari industri besar. Keberadaan industri menengah lebih terkonsentrasi di kota besar. Sedangkan keberadaan industri kecil cenderung independen dalam hal keterkaitannya dengan industri lainnya. Keberadaan industri kecil membentuk komunitas sendiri dengan channel yang terbatas.
Potensi usaha kecil dan menengah terlihat dari nilai barang yang dihasilkan per tahun. Jumlah kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap PDB nilainya mencapai 1.779 triliun. Data tersebut menunjukan usaha kecil dan menengah merupakan pasar potensial bagi perbankan. Aktivitas usaha UMKM yang terpecah menjadi usaha kecil yang tersebar diberbagai daerah juga merupakan pasar potensial bagi penawaran jasa bank dengan memberikan kemudahan transaksi untuk meningkatkan usaha.

Kontribusi UMKM terhadap Nilai Ekspor

Dilihat dari sisi makro ketika terjadi krisis ekonomi 1998 dan krisis finansial global 2008 usaha kecil dan menengah adalah jenis usaha yang tahan terhadap tekanan ekonomi global. Dengan nilai barang yang dihasilkan mencapi 1.258 triliun usaha kecil menjadi penopang perekonomian nasional. Hal itu dikarenakan lingkup kegiatan usaha usaha kecil bersifat lokal. Kegiatan usaha usaha kecil tidak berhubungan langsung dengan kegiatan ekonomi global. Pernyataan diatas diperkuat oleh data sebagai berikut:

Sensus Ekonomi Tahun 2006 -2007, Kementerian Koperasi dan UMKM.


Gambar 5 Kontribusi UKM Terhadap Nilai Ekspor Nasional

Kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap nilai ekspor nasional sebesar 30 triliun. Persentase kontribusi usaha kecil dan menengah terhadap nilai ekspor hanya sebesar 0,04%. Nilai ekspor nasional didominasi oleh usaha besar yaitu 656 triliun atau 84%. Kontribusi UMKM terhadap nilai ekspor yang kecil dan berbanding terbalik dengan kontribusi terhadap PDB menunjukan kegiatan ekonomi nasional selama ini ditopang oleh UMKM.

UMKM tidak menghasilkan devisa namun tingkat produktivitas UMKM mampu menggerakan ekonomi lokal dengan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mendorong tingkat konsumsi dan investasi. Hal ini dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan oleh UMKM.

Pada tahun 2006, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 85.416.493 orang atau 96,18 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,62 persen atau 2.182.700 orang dibandingkan tahun 2005. Kontribusi usaha kecil tercatat sebanyak 80.933.384 orang atau 91,14 persen dan usaha menengah sebanyak 4.483.109 orang atau 5,05 persen. Untuk usaha kecil sektor perhutanan dan perikanan, pertanian, peternakan, tercatat memiliki peran terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebanyak 37.965.878 orang atau 46,91 persen dari total tenaga kerja yang diserap.

Data diatas menyatakan bahwa UMKM adalah usaha padat karya. UMKM menyerap tenaga kerja sekitar 51%. Dipandang dari sisi makro usaha padat karya memberikan keuntungan ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran berkurang. Jenis usaha padat karya UMKM menyimpan peluang tersembunyi bagi perbankan.

Keadaan UMKM Nasional


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPS tahun 2006 jumlah usaha kecil dan menengah di Indonesia mencapai 94,6% yaitu sebesar 48.929.636 usaha. Sedangkan jumlah usaha besar di Indonesia hanya 5,4% yaitu berjumlah 143.162 usaha. Jenis usaha UMKM dapat dikelompokan berdasarkan bidang usaha.

Statistik Usaha Kecil dan Menengah 2006 -2007, Kementerian Koperasi dan UMKM.



Gambar 1 Proporsi Sektor Ekonomi UMKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2006

·         Kelompok UMKM yang bergerak dibidang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan mencapai 53,57% dengan jumlah 26.211.606 usaha.
·         Kelompok UMKM dibidang perdagangan, hotel dan restoran mencapai 27,19% dengan jumlah 13.303.968 usaha.
·         Kelompok UMKM yang bergerak dalam bidang industri pengolahan menempati posisi ke dua mencapai 16,58% dengan jumlah 3.219.570 usaha.
·         Kelompok UMKM yang bergerak di bidang penyediaan akomodasi makanan dan minuman menempati posisi ketiga terbesar mencapai 13,30% dengan jumlah 2.994.858 usaha.
·         Sedangkan UMKM yang bergerak dalam bidang usaha listrik dan air bersih menempati kelompok usaha paling sedikit yaitu 0,03% dengan jumlah 10.677 usaha.

Bentuk usaha UMKM yang paling besar adalah bidang pedagang besar dan eceran (retail). Usaha perdagangan dalam lingkup UMKM cenderung sederhana karena biasanya tidak memberikan nilai tambah pada produk yang diperdagangkan. Bisnis yang dijalankan oleh pelaku usaha masing sedikit yang menghasilkan produk baru dan hanya sebatas pada pendistribusian barang. Bisnis dalam bidang perdagangan lebih mengandalkan keunggulan pada rantai pasok dan tempat (place) yang strategis. Profit margin pada usaha perdagangan besar dan eceran kecil (retail). Sistem bisnis pada usaha perdagangan besar dan eceran mengandalkan volume usaha dan kecepatan transaksi perdagangan.
Untuk industri pengolahan makanan berlaku sebaliknya. Industri pengolahan makan mempunyai profit margin yang besar. Volume bisnis pada usaha ini relatif kecil dan bersifat sangat localize namun profit marginnya tinggi. Pengembangan paling mudah pada industri pengolahan makanan untuk usaha rumah makan lebih banyak dilakukan dengan friendchise.
Bisnis UMKM yang menghasilkan produk, misalnya bidang industri pengolahan masih sedikit yang sadar terhadap pengembangan dan pengelolaan brand untuk memperkuat citra produk yang dihasilkan. Masih kurangnya kesadaran akan pencintraan produk (brand building) dan penciptaan value added pada rantai distribusi bagi bidang usaha perdagangan menyebabkan UMKM kurang mempunyai daya saing.
1.      Sebanyak 14.362.905 usaha atau 63,80% kegiatan usaha UMKM terkonsentrasi di pulau Jawa dengan komposisi sebaran 4.3% terdapat di Jawa barat, 4.1% terdapat di Jawa Timur. Land area di pulau Jawa kurang dari 10% dengan tingkat populasi sekitar 50%.
2.      Sebanyak 3.995.678 usaha atau 17,75% kegiatan usaha UMKM terkonsentrasi di pulau Sumatra dengan bidang usaha pertanian dan perkebunan. Land area di Sumatera kurang dari 22% dengan tingkat populasi sekitar 20%.
3.      Sebanyak 1.574.011 usaha atau 6,99% kegiatan usaha UMKM terkonsentrasi di Sulawesi dengan bidang usaha utama pertanian perkebunan dan perikanan. Land area di pulau Sulawesi kurang dari 9% dengan tingkat populasi sekitar 8%.

Land area menunjukan potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah. Dilihat dari sumber daya alamnya daerah yang potensial untuk mengembangkan UMKM diantaranya yaitu Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Jawa dan Bali merupakan daerah sentra UMKM, populasi kedua wilayah tersebut sangat tinggi sedangkan sumber daya alamnya atau land area sudah jauh berkurang. Dari data diatas tren pengembangan UMKM akan berpindah dari pulau Jawa ke Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
Jumlah UMKM yang sangat banyak hingga mencapai 48.929.636 mengindikasikan UMKM adalah kekuatan ekonomi nasional. Peran UMKM dalam perekonomian dapat dilihat dari nilai barang yang dihasilkan, kontribusi untuk menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil dan menengah.