Rekomendasi Analis

Investor baru biasanya gamang ketika harus menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk membeli, menyimpan, atau menjual suatu saham. Padahal, keputusan-keputusan itu sangat menentukan tingkat keuntungan mereka. Agar tidak bingung, investor bisa berpatokan pada rekomendasi-rekomendasi para analis. 

KARENA memperoleh pendidikan yang khusus, para analis saham biasanya menguasai teknik-teknik perhitungan dan peramalan untuk menentukan kapan harus membeli, menyimpan, atau menjual suatu saham tertentu. 

Hebatnya, rekomendasi para analis itu terkadang juga bisa mempengaruhi pergerakan harga saham-saham di bursa. Di Indonesia, misalnya, rekomendasi analis dari sekuritas asing besar seperti Merrill Lynch bisa sangat mempengaruhi pergerakan harga saham yang direkomendasikannya. 

Bagaimana cara memperoleh rekomendasi itu? Jika telah menjadi nasabah di perusahaan sekuritas, secara rutin Anda akan memperoleh rekomendasi rutin dari para analis di perusahaan sekuritas itu. Anda juga bisa memperoleh rekomendasi analis dari koran. 

Masalahnya, rekomendasi-rekomendasi para analis itu kadangkala juga tidak mudah untuk dicerna. Apalagi, jenis rekomendasi yang mereka berikan juga sangat banyak dan berbeda-beda. Mungkin Anda pernah mendengar analis yang memberikan rekomendasi beli atau buy. Tapi, analis lain ada pula yang memberikan rekomendasi overweight, outperform, buy on weakness, dan seterusnya. 

Secara garis besar, kita bisa membedakan rekomendasi-rekomendasi para analis itu menjadi dua kategori besar, yakni rekomendasi berdasarkan alasan-alasan kinerja fundamental dan rekomendasi berdasarkan alasan-alasan teknikal. 

Dalam rekomendasi fundamental, analis menggunakan kinerja perusahaan di masa lampau dan prospek kinerja di masa yang akan datang sebagai dasar. Dalam rumpun rekomendasi fundamental ini ada tiga kelompok rekomendasi, yakni rekomendasi berdasarkan target harga saham, rekomendasi yang dikaitkan dengan kenaikan indeks, dan rekomendasi atas bobot sektoral atau negara. 

Untuk membuat rekomendasi berdasarkan target harga saham, para analis akan meramalkan kinerja emiten saham di masa mendatang. Berdasarkan prospek kinerja itu, mereka lantas menentukan target harga wajar untuk saham tersebut. Dalam kelompok rekomendasi ini ada rekomendasi beli (buy), tahan (hold), dan jual (sell).? 

Dalam menyusun rekomendasi fundamental yang menggunakan dasar target harga, analis terlebih dahulu akan meramalkan kinerja suatu emiten saham. Analis itu lantas akan menentukan target harga wajar untuk saham tersebut. Dengan membandingkan target harga itu dengan harga saham di pasar saat ini, selanjutnya analis itu akan menentukan untuk memberikan rekomendasi beli, tahan, atau jual. 

REKOMENDASI buy, add, atau pun beli merupakan rekomendasi untuk membeli saham suatu perusahaan. Biasanya, para analis memberikan rekomendasi beli ini untuk satu saham yang masih memiliki potensi kenaikan harga minimal 10%. Tapi, ada juga para analis yang memasang patokan potensi kenaikan harga lebih besar. 

Terkadang, ada pula analis yang memberikan rekomendasi strong buy. Ini rekomendasi tertinggi yang diberikan analis untuk saham-saham yang masih memiliki potensi kenaikan harga sangat tinggi. Salah satu pemicunya, misalnya, karena analis itu optimistis bahwa perusahaan itu akan membukukan lonjakan laba bersih yang tinggi. Adapun rekomendasi hold atau tahan merupakan rekomendasi untuk tidak membeli maupun menjual suatu saham. 

Maksudnya, jika Anda telah memiliki saham itu sebaiknya Anda tidak menjualnya, tapi Anda juga tidak perlu menambah porsi saham itu. Sementara, jika Anda belum memilikinya, sebaiknya Anda tidak membelinya. 

Rekomendasi ini umumnya diberikan untuk saham-saham yang memiliki potensi kenaikan harga di bawah 10%. Atau, harga saham itu sudah mendekati target harga. Terakhir adalah rekomendasi sell atau jual. Ini adalah rekomendasi untuk menjual suatu saham. Umumnya, analis memberikan rekomendasi ini untuk saham yang harganya cenderung turun. Ada juga mungkin analis yang memberikan rekomendasi strong sell karena ia meramalkan potensi penurunan harga yang parah.? 

Indeks harga saham merupakan ukuran kinerja suatu bursa saham. Karena itu, investor juga bisa menggunakan prospek kinerja indeks saham itu sebagai patokan untuk menentukan saham-saham yang layak beli. Investor bisa memburu saham-saham yang memiliki prospek kinerja melampaui kinerja indeks. 

PARA analis juga sering membuat rekomendasi yang dikaitkan dengan kinerja indeks. Maklum, seperti sudah disinggung, indeks saham merupakan ukuran kinerja bursa saham. 

Ada dua rekomendasi utama yang berkaitan dengan kinerja indeks ini. Yang pertama adalah outperform atau rekomendasi untuk saham yang potensi kenaikan harganya lebih besar dari potensi kenaikan indeks. Misalnya, analis meramal harga saham A tahun ini bisa naik 50%, sementara potensi kenaikan IHSG hanya 30%. Kedua, underperform atau rekomendasi untuk saham yang potensi kenaikan harganya di bawah potensi kenaikan IHSG. 

Para analis juga mengeluarkan rekomendasi berdasarkan bobot sektoral atau negara. Ada pula rekomendasi atas sebuah sektor bisnis atau investasi di sebuah negara. Yang masuk kategori ini adalah overweight, underweight, dan marketweight. 

Overweight diberikan kepada sektor yang prospeknya sangat bagus dan para emiten yang di sektor itu berpeluang mencetak kenaikan kinerja. Di sini para analis menyarankan investor mengalokasikan dana yang lebih besar dibandingkan dengan bobot sektor tersebut terhadap indeks. Jika overweight diberikan pada suatu negara, investor disarankan memberi bobot yang lebih besar dibandingkan dengan patokannya, misalnya indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). 

Adapun underweight adalah kebalikan dari overweight. Sementara, marketweight atau neutral adalah saran pengalokasian investasi di saham atau di sebuah negara sesuai bobotnya terhadap indeks atau bobot dalam MSCI.? 

Selain rekomendasi berdasarkan faktor-faktor fundamental perusahaan, ada pula rekomendasi yang menggunakan pergerakan harga saham sebagai dasarnya. Rekomendasi saham ini dikenal sebagai rekomendasi teknikal. Cuma, berbeda dengan rekomendasi fundamental yang berorientasi jangka panjang, rekomendasi teknikal umumnya lebih bersifat jangka pendek. 

ADA beberapa rekomendasi yang masuk kelompok rekomendasi teknikal ini. Yang pertama, ada rekomendasi buy on weakness. Ini adalah saran membeli saham yang harganya sedang turun atau melemah. Namun, analis yakin harga saham itu bakal kembali menguat. 

Ada pula rekomendasi buy on support. Ini mirip buy on weakness. Tapi, dalam buy on support, analis menyarankan untuk membeli sebuah saham pada saat harganya sudah berada di level support atau ketika penurunan harga sebuah saham secara teknikal sudah mencapai harga terendah dan cenderung kembali naik. Dalam buy on weakness, investor mesti membeli saham saat harganya masih berada di atas level support-nya. 

Buy on speculative adalah rekomendasi lain yang menyarankan untuk membeli saham yang kinerjanya diragukan, namun ada kabar spekulatif yang bisa mengerek harganya. 

Selain itu ada trading buy, yakni rekomendasi untuk membeli sebuah saham dengan harapan harganya naik dalam jangka pendek. Setelah target harga tercapai, investor mesti langsung menjualnya. Berkebalikan dengan rekomendasi ini ada pula rekomendasi trading sell. 

Yang terakhir adalah sell on strength. Ini merupakan rekomendasi untuk menjual sebuah saham yang secara teknikal harganya sudah mendekati level resisten. Resisten adalah kebalikan support, yakni posisi ketika harga saham sudah naik tinggi dan mendekati titik tertingginya. Selanjutnya, harga saham itu cenderung turun.?

No comments:

Post a Comment