Mengenal Seluk-Beluk Reksadana Indeks
Sebelum membentuk reksadana indeks, MI menentukan satu indeks tertentu yang akan dipakai sebagai acuan. Indeks acuan ini sebenarnya bisa indeks apa saja; tapi umumnya indeks yang dipakai sebagai patokan adalah indeks saham. Selanjutnya, MI akan menginvestasikan duit investor ke dalam saham-saham yang menjadi anggota indeks tersebut.
Porsi investasi di dalam masing-masing saham tidak asal, melainkan harus sama dengan bobot masing-masing saham di salam indeks acuannya. Selain reksadana saham dan campuran, ada satu jenis reksadana lagi yang memiliki porsi investasi yang besar di dalam instrumen saham. Namanya reksadana indeks.
Sekilas, reksadana ini memang mirip dengan reksadana saham karena manajer investasi (MI) menginvestasikan dana investor ke dalam instrumen saham. Tapi reksadana ini memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki reksadana saham.
Bingung? Biar lebih jelas, mari kita bedah contoh produk reksadana indeks yang ada di pasar yakni: Danareksa Indeks Syariah (DINAR). Produk keluaran PT. Danareksa Investment Management ini memilih Jakarta Islamic Index (JII) sebagai acuan DINAR. Sekedar mengingatkan, JII adalah indeks yang beranggotakan 30 saham halal paling likuid di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Karena memilih JII sebagai acuan, DINAR menginvestasikan mayoritas dana investor di saham-saham yang menjadi anggota JII. Ketentuan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) bilang bahwa reksadana indeks harus berinvestasi minimal di dalam 80% saham yang menjadi anggota indeks. Dus, karena anggota JII ada 30 saham, DINAR harus membeli minimal 24 saham anggota JII.
Komposisi portofolio investasi DINAR juga disesuaikan dengan bobot masing-masing saham di salam JII. Taruh kata, bobot saham Telkom di dalam JII adalah 30%, DINAR juga berinvestasi di saham Telkom dengan porsi sekitar 30% dari total nilai asetnya.
Dengan skim seperti itu, MI tak perlu bekerja keras. Yang penting, ia paham bobot masing-masing saham anggota indeks yang menjadi acuan dan menyusun portofolio yang komposisinya mirip dengan bobot masing-masing saham tersebut. MI juga tak perlu melakukan jual-beli saham harian. MI hanya perlu membeli atau menjual saham jika ada investor baru masuk, investor keluar, atau jika bobot suatu saham di dalam indeks berubah. Strategi seperti ini disebut passive investment strategy atau strategi investasi pasif. Karena strateginya pasif, umumnya, biaya pengelolaan reksadana indeks sangat rendah. Inilah kunci kelebihan reksadana indeks; biayanya murah.
Berbeda dengan reksadana lainnya, manajer investasi (MI) reksadana indeks mengelola portofolio reksadana indeks secara pasif (passive investment strategy).
Risiko reksadana indeks masih lebih tinggi ketimbang risiko reksadana pendapatan tetap, campuran, maupun reksadana pasar uang. Karena itu, reksadana ini tak cocok untuk semua tipe investor. Investor yang berinvestasi di reksadana ini harus siap menghadapi fluktuasi imbal hasil (return) yang tinggi setiap harinya. Tapi, risiko ini sebanding dengan potensi keuntungannya yang juga tinggi dalam jangka panjang.
Karena strateginya pasif, umumnya, biaya pengelolaan (management fee) reksadana indeks sangat rendah. Inilah kunci kelebihan reksadana indeks: biayanya murah. Jika biaya pengelolaan reksadana umum sekitar 1%-1,5%, biaya reksadana indeks biasanya di bawah 1%.
Gambaran keuntungannya? Tentu saja, hasil investasi reksadana indeks ini akan berfluktuasi mengikuti pergerakan indeks acuannya. Tapi, pada prakteknya, kita akan sulit menemukan kinerja reksadana indeks yang sama persis dengan kinerja indeks acuannya. Karena ada biaya-biaya, kinerja reksadana indeks biasanya sedikit lebih rendah ketimbang kinerja indeks acuannya. Selisih inilah yang sering disebut dengan tracking error. Semakin kecil tracking error suatu reksadana indeks dengan indeks acuannya, semakin bagus.
Karena tingkat keuntungannya fluktuatif, reksadana indeks ini termasuk jenis reksadana yang mengandung risiko tinggi. Risikonya di atas risiko reksadana campuran, pendapatan tetap, pasar uang, maupun reksadana terproteksi. Tapi, risiko reksadana indeks masih sedikit lebih rendah ketimbang reksadana saham. Sebab, umumnya, komposisi portofolio reksadana indeks lebih tersebar dibandingkan dengan reksadana saham.
Tapi, karena risikonya masih masuk kategori tinggi, produk reksadana indeks ini tak cocok untuk semua orang. Hanya tipe investor yang agresif dan bandel yang boleh berinvestasi di sini. Artinya, demi memperoleh keuntungan yang tinggi, investor itu harus siap menghadapi risiko fluktuasi dalam jangka pendek.
Cuma, asalkan investor kuat memikul risiko fluktuasi seperti itu, dalam jangka panjang ia bisa memperoleh untung yang tinggi dari reksadana indeks. Sebab, dalam jangka panjang, suatu indeks saham kemungkinan besar akan naik.
Sayangnya, jumlah reksadana indeks yang beredar di pasar saat ini masih sangat terbatas. Yang pertama Danareksa Indeks Syariah (DINAR) yang mengacu pada indeks saham halal Jakarta atau Jakarta Islamic Index (JII). Selain itu, ada pula produk Asian Bond Fund-Indonesia Bond Index Fund (ABF-IBF) keluaran Bahana TCW Investment yang mengacu pada indeks obligasi.
No comments:
Post a Comment