Objek
materia filsafat adalah segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada, dengan
kata lain objek filsafat itu ada. Adapun ada ini dapat ditinjau
atau dilihat dari berbagai penjuru sudut pandang, sehingga muncul
bermacam-macam bagian filsafat. Pembagian filsafat dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar, yaitu:
a. Berdasarkan Objek, yang
dibedakan menjadi dua:
1) Filsafat Umum (Ada-Umum):
Pada filsafat umum, ada
mungkin dipandang dari sudut keumumannya. Segala sesuatunya itu ada. Dalam
realitas, terdapat bermacam-macam hal, yang semuanya mungkin ditangkap dalam
adanya. Oleh karena itu, terdapat ada yang bermacam-macam dan ada-umum.
Ada menjadi dasar dari segala yang ada, misalnya sifat-sifatnya, sehingga
filsafat ada-umum disebut Ontologia atau Metaphysica generalis.
2) Filsafat Khusus (Ada-Khusus):
Dalam filsafat
khusus (ada-khusus), ada dipandang dari sudut pandang tertentu yang
lain dari umum. Oleh karena itu sudut pandang tersebut banyak macamnya,
sehingga memunculkan filsaft bagian yang bermacam-macam pula, yang terdiri
dari:
a) Theodicea (Ada-Mutlak):
Kekhususan dari ada
itu mungkin terdapat dalam mutlaknya. Padahal di dunia terdapat ada yang tidak
mutlak. Jadi, apabila nanti terdapat ada yang mutlak, maka harus
diselidiki sifat-sifatnya, kemampuannya, dan hubungannya dengan ada-khusus-tak
mutlak. Dengan demikian, filsafat yang mempersoalkan ada-mutlak disebut
filsafat
ada-mutlak, yang lazim disebut sebagai Theodicea.
b) Ada-Tidak-Mutlak:
Di samping ada-mutlak
terdapat ada-tidak mutlak. Pada ada-tidak mutlak terdapat banyak
macamnya ke golongan ini yang harus diselidiki oleh filsafat darti sudut
pandang tertentu, yang hendak dicari sebabnya
yang terakhir atau sebab yang
sedalam-dalamnya, yang dapat dibagi-bagi lagi ke dalam:
1)) Filsafat
Alam (Cosmologia):
Alam
semesta dan isinya merupakan ada yang tidak harus ada, sehingga
dapat disebut sebagai ada-tidak mutlak. Alam dicari
intinya oleh filsafat inti alam itu, apakah sebenarnya itu, apakah isi alam
pada umumnya, dan apakah hubungannya satu dengan yang lain serta hubungannya
dengan ada-mutlak, dengan demikian filsafat alam disebut kosmologia.
2)) Manusia:
Alam merupakan ada-tidak mutlak, karena ada-nya
tidak dengan niscaya. Segala isi alam mungkin lenyap dan pernah tidak ada,
namun alam mempunyai kedudukan yang istimewa yang menyelidiki semuanya, yaitu:
manusia, yang dapat dibagi lagi ke dalam tiga kelompok sebagaimana
diuraikan dalam uraian di bawah ini:
a)) Filsafat
Manusia (Anthropologia-Metaphysika):
Dengan sendirinya, kekhususan ada-tidak mutlak merupakan manusia
yang mempunyai kemanusiaan yang tercakup di dalamnya soal-soal tentang manusia,
seperti: apakah manusia itu sebenarnya, apakah hubungannya satu sama lain,
apakah kemampuan-kemampuannya, apa pendorong hidupnya, apa sifat-sifat
pendorong hidup itu, dan lain-lain. Sehingga filsafatnya disebut filsafat
manusia atau anthropologia metphysica.
b)) Filsafat
Tingkah Laku (Ethica):
Pada filsafat
tingkah laku (ethica) yang diselidiki adalah tindakan-tindakan manusia,
yang terdorong oleh kehendaknya dan diternagi budinya. Tindakan manusia sendiri
dapat dibedakan lagi menjadi tindakan yang baik atau buruk sehingga untuk
menilai tindakan tersebut diperlukan tolok ukur yang terdiri dari norma (aturan) subyektif maupun yang obyektif (terlepas dari subyek yang menilai)
dan ini dilakukan dalam ethica atau filsafat tingkah laku.
c)) Filsafat
Budi (Logika):
Untuk
melakukan penyelidikan, manusia memerlukan alat penyelidikan yang disebut budi yang
harus diselidiki, sebab tanpa budi tidak akan ada penyelidikan. Oleh karena itu
dicari jawabannya mengenai persoalan-persoalan sebagai berikut: adakah manusia mempunyai budi dan akal, dapatkah budi mencapai kebenaran? Dari
sini timbul persoalan baru: apakah kebenaran
itu, sampai di mana kebenaran itu
dapat dicapai budi, seluruh kebenaran
ataukah hanya sebagian saja? Dengan kata lain, seluruh isi budi diselidiki
oleh filsafat
yang disebut filsafat budi (logika). Namun, dalam bekerjanya budi, ia harus
mentaati aturan-aturan yang ada, seperti: pengertian,
jalan pikiran, serta putusan-putusan.
Penyelidikan tentang bahan dan aturan
berfikir merupakan bagian dari logika dan disebut logika minor. Sedangkan
penyelidikan terhadap isi berfikir
disebut logika mayor.
b. Pembagian filsafat berdasarkan Subjek:
Selain pembagian filsafat berdasarkan objek,
dalam filsafat juga dikenal pembagian filsafat berdasarkan subjek, karena dalam
filsafat tentu ada yang berfilsafat, dan itu dilakukan oleh subjeknya, yaitu
manusia, sehingga perlu dikenali pembagian filsafat menurut subjeknya,
yang terdiri dari 3 (tiga) bidang, yaitu:
1) Soal Tahu (Pengetahuan):
Soal pengetahuan
ada 2 macam menurut sifatnya, yaitu pengetahuan bermacam-macam yang tidak tetap
dan pengeatahuan yang berlaku umum, yang tidak beruba-ubah dan tetap satu
macam. Dari sini timbul persoalan menganai: bagaimanakah cara mencapai
pengetahuan itu? Adakah bawaan yang dibekalkan kepada manusia waktu lahir
ataukah itu hasil dari usaha kemampuan yang ada padanya dan merupakan
pengambilan dari objek yang dikenalnya itu. Mungkinkah itu hanya gambaran
samar-samar atau nama-nama belaka yang tidak ada hubungannya dengan realitas?
Tentu saja semua pertanyaan tersebut harus dijawab sebagian oleh Logika
dan sebagian oleh Anthropologia.
2) Soal Ada:
Orang berfikir
tentu ada. Sehingga, jika ia tidak ada maka dia tidak berfikir. Oleh karena
itu, timbul pertanyaan-pertanyaan tentang ada
yang memiliki bermacam-macam sudut pandang, dan ini dijawab oleh filsafat
tentang ada (ontologia, theodicea,
kosmologia, dan anthropologia).
3) Soal Pernilaian:
Dalam berfikir
dan mengadakan putusan, setiap orang akan memiliki pernialaian yang berbeda dan
saling bertentangan, misalnya: ada yang tinggi dan rendah, baik lawan buruk,
indah lawan jelek, dan sebagainya. Tentu saja untuk melakukan pernilaian harus
ada tolok ukurnya (kriteria), sehingga timbul pertanyaan seperti: apakah
sebetulnya nilai itu dan lebih-lebih dalam tingkah laku manusia, apakah yang
dipakai ukuran untuk menentukan baik buruknya? Pertanyaan tersebut dijawab oleh
Ethica.
Jadi,
secara garis besar, pembagian filsafat menurut obyek dan subyek dapat
digambarkan dalam ikhtisar berikut ini:
a. Menurut Objek:
b. Menurut Subjek:
No comments:
Post a Comment