Besitas
atau kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi jika kuantitas jaringan lemak
tubuh dibandingkan dengan berat badan total lebih besar dari keadaan normalnya,
atau suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih
sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Sedangkan gizi lebih atau
overweight adalah keadaan di mana berat badan seseorang melebihi berat badan
normal. Obesitas dan gizi lebih dapat terjadi karena adanya ketidak-seimbangan antara
energi dari makanan yang masuk lebih
besar dibanding dengan energi yang digunakan tubuh. Masalah obesitas dan gizi
lebih tidak hanya terjadi di negara yang sudah maju, tetapi mulai meningkat
prevalensinya di negara berkembang.
Indonesia dan negara berkembang lainnya sedang menghadapi
transisi epidemiologi, demografi, dan urbanisasi. Di bidang gizi telah terjadi
perubahan pola makan seperti rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya
konsumsi garam dan meningkatnya konsumsi makanan yang tinggi lemak serta
berkurangnya aktivitas olahraga pada sebagian masyarakat terutama di perkotaan
Susenas 2004 mendapatkan bahwa 60% penduduk umur > 15 tahun kurang
mengkonsumsi buah dan sayur menurut standar WHO yaitu minimal 5 porsi, dan 24%
tidak tiap hari mengkonsumsi sayur dan buah Perubahan pola makan
dan aktivitas fisik berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu yang
mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas.
Gizi lebih dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit jantung koroner disamping faktor risiko lainnya, seperti hipertensi,
diabetes melitus, merokok, stres, dan kurang olahraga 12) Penelitian
Manson dkk. (1990) dalam Suyono (1994) terhadap 115.886 wanita berumur 30-55
tahun, setelah diikuti selama 8 tahun, ternyata risiko relatif (RR) penderita
gizi lebih berkisar antara 1,0 sampai 3,3 kali, sedangkan pada indeks massa
tubuh (IMT) lebih dari 29 risiko relatif 3,3 kali terjadinya penyakit jantung
koroner. Dengan demikian makin tinggi IMT makin besar resiko terjadinya
penyakit jantung koroner. Risiko relatif ini diperoleh setelah dilakukan
penyesuaian terhadap faktor umur dan kebiasaan merokok
Hasil penelitian survei Indeks Massa Tubuh (IMT) di 12 Kota
di Indonesia tahun 1995 mendapatkan prevalensi gizi lebih sebesar 10,3% dan
prevalensi obesitas sebesar 12,2% 7)
Prevalensi gizi lebih ini mengalami peningkatan pada tahun 1999 sebesar 14% dan
tahun 2000 sebesar 17,4%
Pada tahun 2004, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) juga
mengumpulkan data tentang berat badan dan tinggi badan pada 10.000 rumahtangga
di semua provinsi di Indonesia, yang mencakup daerah perkotaan dan perdesaan.
Dengan demikian informasi tentang prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas
pada SKRT ini dapat memberikan gambaran masalah tersebut menurut daerah, jenis
kelamin dan umur.
BAHAN DAN CARA
Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis data
sekunder yang tersedia dalam kuesioner Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
2004. Sampel SKRT sebanyak 10.000 rumahtangga di seluruh provinsi di Indonesia
yang merupakan sub-sampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
Survei SKRT dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah
dilatih oleh Tim Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas), Badan Litbang
Kesehatan. Salah satu variabel yang dikumpulkan adalah pengukuran antropometri
(berat badan dan tinggi badan) untuk semua anggota rumahtangga terpilih.
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan
ketelitian 0,1 Kg, sedangkan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan
microtoise dengan ketelitian 0,1 Cm.
Untuk tulisan ini, hanya sampel dewasa umur 18 tahun ke
atas yang diolah datanya. Untuk wanita ditambah kriteria inklusi hanya yang
tidak sedang hamil. Indeks massa tubuh (IMT) dihitung dengan berat badan (Kg)
dibagi tinggi badan kuadrat (M2). Dari hasil penghitungan IMT,
dikategorikan menjadi obesitas dengan IMT lebih besar dari 27,0 dan gizi lebih
dengan IMT antara lebih besar dari 25,0 sampai dengan 27,0 (Depkes, 2003).
Setiap sampel diberi bobot tertimbang (weighted) sesuai dengan
daerah/provinsi. Analisis krostabulasi dilakukan untuk menghitung proporsi
gizi lebih dan obesitas menurut daerah perdesaan perkotaan, jenis kelamin dan
kelompok umur.
No comments:
Post a Comment