Karakteristik Hutan Lindung di Kalimantan Timur

Karakteristik Hutan Lindung di Kalimantan Timur 

Hutan Lindung di kawasan tropis di Kalimantan Timur adalah suatu tipe hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindunan kepada kawasan sekitar maupun di bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. 

Kawasan ini umumnya berada pada daerah yang beriklim selalu basah dengan curah hujan rata-rata bulanan tidak kurang dari 100 mm, merupakan komunitas kompleks yang umumnya terdiri dari tumbuhan berkayu dengan berbagai ukuran, tumbuhan pemanjat dan epifit. Pohon-pohon dalam masyarakat hutan tropKarakteristik Hutan Lindung is basah banyak sekali jenisnya dan bervariasi ukurannya .Pohon-pohon besar mempunyai tinggi antara 46 - 55 m, walapun ada diantaranya yang melebihi 60 m . 

Hujan yang terjadi terus menerus di sepanjang tahun dan suhu tinggi di lantai hutan. Kondisi ini menyebabkan pelapukan bahan organik terjadi dengan cepat yang kemudian diikuti oleh pencucian hara. Produksi serasah sangat tinggi disertai proses dekomposisi dan penyerapan hara kembali oleh tumbuhan yang cepat. Karena iklim yang mantap, putaran hara yang tertutup disertai waktu yang cukup lama, maka dimensi pohon di hutan hujan tropis biasanya tinggi dan besar. Kondisi pohon di hutan tropis tersebut memberi kesan seolah-olah tingkat kesuburan tanah yang mendukung hutan ini sangat tinggi (Brotokusumo,1985). 

Hutan hujan tropis dataran rendah sangat kaya akan jenis tumbuhan.Dari 20.000 jenis pohon yang ada di kawasan hutan Malayasia yang meliputi kawasan semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, Philipina sampai Papua Nugini diantaranya 4.000 jenis terdapat di Pulau Kalimantan.Kawasan hutan Malayasia ini umumnya didominir oleh jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae, yang menurut Ashton (1982) terdapat sekitar 380 spesies tersebar di seluruh kawasan dan di­antara­nya 300 spesies terdapat dalam hutan primer di Kalimantan. 

Tekanan Terhadap Ekosistem Hutan Tropis 

World Resources 1992-1993 menyebutkan, degradasi tanah di Bumi diperkirakan telah mencapai 1,2 milyar ha, terbesar di Asia ( 435 juta ha) dan Afrika (321 juta ha). Sebagian besar disebabkan erosi akibat air dan angin yang dihasilkan aktivitas pertanian, penebangan hutan (deforestasi) dan pengumpulan kayu bakar.Proses kehancuran hutan masih terus berjalan seirama dengan perkembangan IPTEK dan waktu.Hingga hari ini hanya mungkin hutan-hutan di Irian Jaya yang belum menderita kerusakan seperti di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,karena adanya kendala geografi yang cukup sulit. 

Di Indonesia, sejak diundangkannya peraturan yang meberi peluang masuknya modal asing dan modal dalam negeri dalam kegiatan bidang kehutanan, maka pengusahaan hutan semakin meningkat.Hal ini disamping memberi devisa yang cukup besar bagi negara, di lain pihak eksploitasi yang tanpa mengindahkan prinsif-prinsif kelestarian akan menyebabkan kerawanan ekosistem hutan tersebut.Penebangan terhadap jenis-jenis dari suku Dipterocarpacea seperti meranti (Shorea sp) dan kapur ( Dryobalanops) yang saat ini telah sangat menipis potensinya, telah pula meluas hampir kesemua jenis yang berdiameter 50 Cm.Hal ini merupakan salah satu ancaman yang serius terhadap kelestarian jenis-jenis asli Kalimantan, bila kegiatan konservasi jenis melalui reboisasi, pemeliharaan tegakan tinggal dan pencegahan tidak lebih ditinggalkan ( Brotokusumo,1990). 

Pertambangan terhadap sumber daya alam nir-hayati antara lain minyak bumi, batu bara, emas, perak, besi,dan sebagainya juga merupakan sumber kerawanan terhadap kelangsungan hidup Hutan tropis dataran rendah.Tidak diingkari eksploitasi terhadap SDA nir-hayati tersebut akan meningkatkan devisa negara. Teknik penambangan dengan open mining yang relatif luas, sudah pasti memusnahkan hutan yang berada di atasnya serta merubah pula bentang alam yang asli.Pada areal bekas penambangan, dimana hanya tinggal lapisan batuan induk, pemulihan alami vegetasi tentu saja sangat sulit dan lama .Disamping itu merusak areal berbagai spesies pohon sebagai sumber plasma nuftah mengakibatkan pula kawasan tersebut tidak dapat kembali ke aslinya. Aktivitas pertanian di hutan Dipterocarpacea dataran rendah, hutan mangrove, hutan rawa dan rawa gambut yang ada di kawasan wilayah pantai merupakan wilayah yang mendapat tekanan penduduk yang sangat kuat, dibandingkan dengan wilayah tengah dan hulu.Hal ini disebabkan adanya konsentrasi penduduk di daerah tersebut, dengan demikian wilayah hutan yang dekat dengan pusat penyebaran penduduk akan cepat terkikis oleh petani urban maupun oleh penduduk kota non petani yang membuka hutan dengan motivasi pengusahaan hutan. 

Perladangan berpindah, suatu sistem perladangan tradisional dan telah banyak ditiru oleh pendatang justru memberi dampak terhadap hutan. Menurut Kartawinata,. et al (1981), perladangan berpindah telah mengakibatkan 400.000 ha tanah menjadi formasi alang-alang dan + 2.4 Juta ha hutan sekunder. Data pada tahun 1993, belum dapat dihimpun dan diduga setelah 12 tahun kemudian akan bertambah menjadi lebih luas.Perladangan berpindah menurut Agung (1988), telah menyebabkan hilangnya 20 m kayu komersial dan 66.57 m kayu non komersial per ha. 

Jenis-jenis kehidupan tumbuhan dan hewan, serangga, cendawan, serta bakteri yang begitu kaya di hutan hujan belantara ini amat banyak macamnya, dan merupakan hasil perkembangan hutan tersebut paling tidak minimal seratus juta tahun yang lalu. Interpretasi yang menganggap bahwa tanah di hutan hujan tropis dataran rendah sangat subur adalah tidak benar. Lapisan tanah subur di top soil adalah tipis. Jika hutan ditebangi dan dibuka, maka lapisan tanah yang subur dan tipis ini segera dihanyutkan oleh hujan.Dengan demikian yang tumbuh adalah semak belukar. 

Pada tahun 1986 dilaporkan di seluruh Indonesia terdapat 43 juta ha lahan yang rusak dan tidak produktif, 23 juta ha adalah semak belukar dan 20 juta yang ditum­buhi alang-alang.Jumlah lahan yang rusak tiap tahun bertambah besar akibat penebangan-penebangan di lokasi yang seharusnya dipelihara untuk terus berfungsi dan akhirnya menjadi lahan tadah hujan.

Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment