Beberapa Indikator Gangguan Terhadap Ekosistem Hutan
1. Indikator Perubahan di Lingkungan Hutan Dataran Rendah
Pada susunan tegakan hutan dapat dilihat adanya sifat struktur hutan berupa keanekara-gaman, kerapatan, sebaran jenis dan komposisi serta sifat fungsional hutan yakni untuk siklus hara, fiksasi energi, siklus air dan stabilitas. Lahan hutan umumnya memiliki kesuburan tanah yang relatif rendah, pH rendah, kadar silika, aluminium dan besi yang tinggi sehingga posphor tersedia dalam tanah menjadi sangat rendah. Kondisi ini diperburuk oleh adanya curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun, sehingga meningkatkan kerawanan pencucian dan erosi.
Jika hutan itu dibalak atau terbakar , maka hutan menjadi terbuka dan kondisi ini akan mengakibatkan rendahnya kesuburan tanah dan biasanya ketersediaan hara hanya ada di bagian atas saja. Hal ini akan memacuk erosi akibat hutan terbuka dan menyebabkan struktur vegetasinya mudah berubah menjadi jenis-jenis pioneer yang tidak menuntut persyaratan tumbuh tinggi.
2. Indikator Perubahan di Lingkungan Hutan Rawa Gambut
Gambut bersifat asam hingga sangat asam (pH < 4,0) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan jenis-jenis. Hanya beberapa jenis saja yang mampu tumbuh antara lain : Diospuros, Plaquium dan Parastemon. Karena tanah gambut banyak mengandung serasah, maka daerah ini sangat rawan terhadap kebakaran. Apabila terjadi kebakaran di suatu tempat akan cepat meluas ketempat lainnya.
3. Indikator Perubahan di Lingkungan Hutan Kerangas
Hutan kerangas terdapat di daerah bertanah podsolik dengan bahan induk silika bertekstur kasar yang sangat asam dan mempunyai drainase kurang bagus. Jenis-jenis penyusun utama di kawasan ini antara lain Tristania obovata, Agathis dammara dan borneensis.Karena kondisi habitat tempat tumbuhnya yang spesifik dengan keanekaragaman jenis yang relatif rendah. Berdasarkan keadaan ini , maka hutan kerangas sangat rawan terhadap penebangan dan kebakaran. Penebangan hutan kerangas lebih banyak memberikan kerugian dibanding keuntungan. Untuk membuat hutan baru sangat sulit, biasanya cenderung menjadi padang alang-alang. Dengan demikian, kondisi padang Ilalang di kawasan ini merupakan indikator telah berlangsungnya gangguan terhadap kawasn ini baik akibat dieksploitasi manusia maupun kebakaran hutan.
4. Indikator Perubahan di Lingkungan Hutan Pasir dan Karang
Pantai berpasir dan berkarang merupakan habitat aneka jenis tanaman perdu antara lain rerumputan, terna dan tumbuhan menjalar, seperti Ichenum muticum, Widelia biflora, Ipomoea pescaprae dan Cyperus pedunculatus. Pada tempat-tempat tertentu terdapat jenis Pandan. Komunitas terna ini berkembang menjadi komunitas jenis perdu dan pohon pioneer seperti Casuarina equisetifolia.
Pada pantai yang tidak berpasir karena abrasi, tidak terdapat komunitas Pascaprae, hanya komunitas Barringtonia sangat rawan terhadap terjadinya proses abrasi pantai yang dapat menghambat proses terjadinya hutan secara lengkap.
5. Indikator Perubahan di Lingkungan Hutan Mangrove
Hutan mangrove terbentuk oleh karena keadaan tempat tumbuh, berupa pantai berkadar garam tertentu dan berlumpur. Perairan di pantai yang sifat airnya payau ini diketemukan jenis yang jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan jenis hutan daratan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya adalah :
a. Perubahan kadar garam tertentu, sebagai akibat curah hujan yang membawa lumpur dan merubah muara (estuari).
b. Adanya gangguan dari berbagai jenis benthos, dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa faktor yang dapat mendorong terjadinya kerawanan perubahan pH air, kandungan NaCl sedimen dan pencemaran air.
No comments:
Post a Comment