Jan van Baal lahir di Scheveningen Holland Nopember 1909, belajar bahasa-bahasa, sejarah kebudayaan, dan hukum Netherlands East Indies di Leiden 1927-1932 dengan spesialisasi antropologi, mencapai gelar Doktor, disertasinya tentang religi dan masyarakat Pantai Selatan Netherlands New Guinea 1934, kemudian masuk pegawai negeri sipil. Dua tahun berdinas di Tanah Jawa dan Madura, ke Pantai Selatan Netherlands New Guinea, pindah lagi ke Tanah Jawa, pindah lagi ke Lombok, dipenjarakan oleh Bala Tentara Pendukukan Dai Nippon di Sulawesi Selatan 1942-1945.
Kemudian berturut-turut berdinas kembali di Jakarta, Bali, Lombok, dan Sumatra Timur. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pindah lagi ke Netherlands New Guinea menjadi Penasehat Urusan Pribumi dalam Pemerintahan Netherlands New Guinea. Menjadi anggota Parlemen Belanda, kembali lagi ke Netherlands New Guinea memangku jabatan Gubernur Netherlands New Guinea 1953-1958. Menjadi anggota Royal Tropical Institute di Amsterdam 1959, menjadi direktur bidang antropologi pada Royal Tropical Institute itu 1962-1969, asisten professor pada Universitas Utrecht, kemudian dikukuhkan menjadi professor pada Universitas Utrecht. Pensiun September 1975, pemrakarsa CESO (The Centre for the Study of Education in Changing Societies 1963. Pernah menjabat ketua WOTRO) Netherlands Foundation for the Advancement of Tropical Research, anggota Board of the Royal Institute of Language and Antropology di Leiden, dan anggota Unesco hingga 1972 (P.E. de Josselin de Jong, Ed, Structural Anthropology in the Netherlands, KITLV, Translation Series 17, Second Edition, Foris Publications Holland/U.S.A, 1983, 320-321).
Van Baal seorang administratur yang oleh minat yang dalam telah menempuh sebuah lorong Indiologie untuk berusaha memahami isi hati bangsa-bangsa jajahan di Kepulauan Selatan yang di Negeri Kincir Angin lebih dikenal sebagai Netherlandsh Indie. Satu pulau pada tepi timur Kepulauan Selatan itu yang telah lama dieksplorasi yang oleh akumulasi pengetahuan tentang pulau itu berusaha didefinisikan sebagai satuan administratif Netherlandsche New Guinea. Kepulauan Selatan itu makin menarik perhatian negara-negara Eropa Barat yang sedang berusaha himpun kepercayaan diri dari kelumpuhan akibat dua Perang Dunia dan pelapukan administrasi kolonial yang makin pasti. van Baal adalah anak zaman transisi kolonial yang diharapkan akan selamatkan bangunan VOC yang harus ditransformasikan ke dalam sistem kenegaraan jajahan modern dengan perekat etnologi.
Laporan-laporan berkala oleh karya missionaris Katholik di Selatan Nederlandsch Nieuw Guinea terutama pengumpulan kosa kata pribumi oleh Geurtjens dan Drabbe. Pencatatan tentang kehidupan pribumi oleh J.C.Verschueren, Vertenten, Nevermann, dan Paul Wirz, dan sejumlah arsip pemerintahan di Afdeling Zuid Nieuw Guinea telah mendorong van Baal rampungkan disertasi doktoralnya yang berjudul Godsdienst en samenleving in Nederlandsch-Zuid-Nieuw Guinea, Amsterdam: Noord-Hollandsche Uitgevermaatschappij, 1934. Disertasi doktoral itu yang makin disempurnakan dengan fokus Marind-Anim sepanjang karir etnologisnya yang hampir menyita seluruh masa berdinasnya sejak tahun 1934 hingga rampungnya penelitian etnologi itu tahun 1966 berjudul: Dema, Description and Analysis of Marind-Anim (South New Guinea), The Hague, Martinus-Nijhoff). Nederlandsch Nieuw Guinea dan Lombok adalah lapangan penelitian van Baal dengan minat yang kuat dalam antropologi religi yang telah mempersembahkan beberapa karya tulisnya sebagai berikut:
- Dema, Description and Analysis of Marind-Anim (South New Guinea), The Hague, Martinus-Nijhoff, 1966);
- Symbol for Communication, Assen, Van Gorcum, 1971;
- The message of the three illusions, 1972;
- Reciprocity and the position of women, 1975;
- Aggression among equals, Assen, Van Gorcum, 1974; dan
- Mensen in verandering, Arbeiderspers, Amsterdam, 1967.
- Jan Verschueren’s Descriptions of Yeinan-Culture, Extracted from the Posthumous Papers, KITLV, The Hague-Martinus Nijhoff, 1982.
No comments:
Post a Comment