Analisis Determinan Masalah Kesehatan dan Gizi

Dari uraian di atas, diketahui ada peningkatan status gizi dan status kesehatan penduduk Indonesia dilihat secara nasional, provinsi, maupun tingkat kabupaten. Walaupun demikian, masalah gizi dan kesehatan ini masih cukup dominan pada wilayah tertentu. Penurunan masalah gizi kurang, terutama pada balita, jika dibandingkan dengan negara lain di Asia, Indonesia dapat menurunkan dari 39,9% tahun 1987 menjadi 27,3% pada tahun 2002. Sementara Filipina berhasil mengurangi masalah gizi kurang pada balita dari 33,2% tahun 1982 menjadi 31,8% tahun 1998. Pada tabel 8 dapat dilihat perbandingan masalah gizi kurang balita dengan negara lain pada tahun 2001. 

Pada uraian sebelumnya dijelaskan juga kemungkinan faktor atau penyebab yang berpengaruh terhadap masalah gizi dan kesehatan dengan mengikuti kerangka pikir Unicef, mulai dari penyebab langsung, ketahanan pangan tingkat rumah tangga sampai akar masalahnya, yaitu tingkat pendidikan dan kemiskinan.  Selanjutnya untuk mempertajam analisis situasi kesehatan dan gizi ini, dilakukan kajian penyebab tersebut di atas. Analisis dilakukan berdasarkan agregat kabupaten dari data Susenas 2003, dengan menggunakan: Angka Kematian Bayi (AKB) untuk menilai perubahan status kesehatan, dan Prevalensi Status gizi pada balita untuk menilai perubahan status gizi. 

Analisis regresi linier digunakan untuk mengamati asumsi perubahan AKB dan prevalensi status gizi pada beberapa variabel sosial ekonomi. Hasil analisis menyimpulkan bahwa perubahan AKB sangat siginifikan terjadi jika dilakukan upaya: 
  1. Penurunan kemiskinan 
  2. Peningkatan status gizi pada balita 
  3. Peningkatan pendidikan sampai jenjang DI/DIII pada laki-laki 
  4. Peningkatan pendidikan sampai minimal jenjang SLTP pada perempuan 
  5. Menambah jumlah rumah tangga yang memiliki tempat buang air besar sendiri 
  6. Memperkecil persentasi rumah dengan lantai tanah 
  7. Mengurangi angka morbiditas 
  8. Meningkatkan pertolongan persalinan dengan tenaga medis 
  9. Mengurangi perkawinan muda 
  10. Mengurangi pengeluaran konsumsi rokok 
Sedangkan perubahan status gizi sangat signifikan terjadi jika dilakukan upaya: 
  1. Penurunan kemiskinan 
  2. Peningkatan pendidikan sampai jenjang SLTP pada laki-laki 
  3. Peningkatan pendidikan sampai jenjang SLTP pada perempuan 
  4. Peningkatan pengeluran untuk konsumsi sumber energi 
  5. Peningkatan pengeluaran untuk konsumsi telur dan susu 
  6. Mengurangi pengeluaran konsumsi rokok 
  7. Meningkatkan penggunaan KB pada perempuan 
  8. Mengurangi angka morbiditas 
Informasi yang tidak dapat dikaji dari Susenas adalah pengaruh pekerjaan terhadap status gizi. Data HKI berikut ini menunjukkan perbedaan status gizi (gizi kurang berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB < -2 SD) menurut jenis pekerjaan bapak dan ibu pada daerah kumuh perkotaan dan perdesaan. (Figure 26 dan 27). Dapat dilihat bahwa anak balita dari pegawai negeri prevalensi gizi kurang pada balita pada umumnya lebih rendah dibanding jenis pekerjaan yang lain.

No comments:

Post a Comment