Perkembangan Teori Organisasi

Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana struktur, fungsi, kinerja dan perilaku individu atau kelompok dalam suatu organisasi. Perkembangan teori organisasi didunia ada 6, yaitu Teori organisasi klasik, neo klasik, perilaku, terbuka, tertutup dan moderen. 

Teori Klasik 

Teori Organisasi Klasik dikembangkan sekitar tahun 1900-1950. Pelopor teori ini kebanyakan dari sebuah negara berbentuk kerajaan Mesir, Cina, dan Romawi. Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku, tidak mengandung kreatifitas. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan diganti sesuai kehendak pemimpin. 

Menurut teori ini organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan, tujuan, peranan, kegiatan, komunikasi dan faktor lain apabila orang bekerja sama. Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Empat unsur pokok yang selalu muncul dalam organisasi formal, adalah sistem kegiatan yang terkoordinasi, kelompok orang, kerjasama, serta kekuasaan dan kepemimpinan. 

Menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada empat kondisi pokok yaitu, kekuasaan, saling melayani, doktrin dan disiplin. Hal yang paling mendasar dalam organisasi formal, adalah pembagian kerja (untuk koordinasi), proses skalar dan fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal), struktur (hubungan antar kegiatan), serta rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan). 

Teori Klasik berkembang dalam 3 Aliran, yaitu Birokrasi, Manajemen Administrasi, dan Manajemen Ilmiah. 

A. Birokrasi 

Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam buku The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism dan The Theory of Social and Economic Organization. 

Istilah Birokrasi berasal dari kata Legal Rasional, “Legal” disebakan adanya wewenang dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara jelas. Sedangkan “Rasional” karena adanya penetapan tujuan yang ingin dicapai. 

Max Weber berpendapat mengenai 6 karekteristik birokrasi, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: 

1) Pembagian kerja 

Semua tugas yang perlu untuk mencapai tujuan dibagi dalam pekerjaan yang sangat khusus. Strategi ini terkenal dengan prinsip pembagian kerja (division-of-labor principle), dan weber menyatakan dengan tegas pentingnya prinsip tersebut dengan cara yang biasa, yakni, bahwa para pemegang pekerjaan dapat menjadi ahli dalam pekerjaan mereka dan dapat diminta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan yang efektif dari tugas mereka. 

2) Hirarki wewenang 

Tiap-tiap anggota atau kantor organisasi bertanggung jawab kepada seorang atasan. Wewenang yang dipegang oleh atasan didasarkan pada pengetahuan ahli dan wewenang itu disahkan oleh kenyataan bahwa wewenang tersebut dilimpahkan dari puncak hirarki. Dengan demikian terciptalah rantai komando. 

3) Program rasional 

Organisasi membutuhkan beberapa program kerja yang rasional yang dapat dikerjakan dengan baik sesuai bidang oleh setiap karyawan di organisasi tersebut. 

4) Sistem Prosedur 

Setiap tugas dilaksanakan sesuai dengan “sistem yang tetap yang terdiri dari peraturan-peraturan yang abstrak” untuk menjamin uniformitas dan koordinasi dari tugas yang berbeda-beda. Alasan bagi praktik ini adalah bahwa manajer dapat menyingkirkan ketidakpastian dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh perbedaan individual. 


5) Sistem Aturan hak kewajiban 

Jabatan dalam organisasi birokratis didasarkan pada persyaratan teknis dan dilindungi terhadap pemecatan yang sewenang-wenang. Begitu pula, promosi didasarkan pada masa kerja dan prestasi. Jabatan dalam organisasi dipandang sebagai karier yang sepanjang umur, dan timbulah loyalitas atau kesetiaan yang tinggi. 

6) Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal 

Tiap-Tiap karyawan dalam organisasi menjalankan bisnis dengan cara formalistis yang impersonal dengan agak menjauhi bawahan dan pelanggan. Maksud dari praktik ini adalah untuk menjamin bahwa kepribadian tidak mencampuri pencapaian sasaran kantor, maka tidak akan ada favoritisme atau pilih kasih yang timbul di dalam organisasi tersebut. 

Administrasi 

Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall Urwick dari Eropa dan James D. Mooney, Allen Reily dari Amerika. Henry Fayol (1841-1925), seorang industrialis asal Perancis tahun 1916 menulis sebuah buku Admistration industrtrielle et Generale diterjemahkan dalam bahasa inggris 1926 dan baru dipublikasikan di amerika 1940. Adapun menurut Fayol terdapat 14 prinsip manjemen yang menjadi dasar teori administrasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 

1) Pembagian Kerja ( Division of Work ) 

Setiap pekerjaan sebaiknya dibagi dan dibagi lagi kedalam elemen paling kecil untuk memperoleh keunggulan dari spesialisasi. 

2) Keseimbangan Wewenang dan Tanggung Jawab (Authortty and Responsibihty ) 

Setiap pegawai tetap ( reguler employee ) sebaiknya diberi delegasi wewenang yang cukup untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab penugasan pekerjaan. 

3) Disiplin Karyawan (Discipline) 

Seharusnya mematuhi apapun perjanjian yang ada, yang dinyatakan secara jelas diantara mereka dan organisasi, manajer sebaiknya memberi sanksi yang adil atas seluruh kejadian pelanggaran disiplin. 

4) Kesatuan Perintah (Unity of Command) 

Karyawan sebaiknya menerima perintah dari dan bertanggung jawab hanya kepada satu atasan. 

5) Kesatuan Arah (Unity of Direction) 

Aktivitas-aktivitas yang memiliki tujuan sama sebaiknya dikelompokkan bersama dan beroperasi dibawah rencana yang sama. 

6) Mengebawahkan Kepentingan Individu Terhadap Kepentingan umum. 

Kepentingan organisasi lebih diutamakrn di atas kepentingan individu (Subordination Of Individual Interest To The Common Goal ). 

7) Pembayaran Gaji ( Remuneretion ) 

Pembayaran gaji yang adil, pembayaran seharusnya didasarkan pada pencapaian sasaran penugasan pekerjaan. 

8) Sentralisasi ( Centralization ) 

Wewenang seharusnya didelegasikan seimbang dengan tanggung jawab. 

9) Rantai Skalar ( The Hierarchy ) 

Sebuah rantai perintah yang tidak terputus - putus seharusnya ada melalui semua pengarahan dan aliran komrmilasi. 

10) Perintah ( Order ) 

Setiap pekerjaan seharusnya didefinisikan dengan jelas sehingga pegawai tetap ( reguler employee ) memahami perintah tersebut dan hubungannya dengan pekerjaan lain. 

11) Kesamaan Perlakuan ( Equity ) 

Peraturam dan perjanjian yang dibuat harus diselenggarakan secara terbuka. 

12) Stabilitas Personalia ( Stability of Staff ) 

Tingkat perputaran tenaga kerja (labor turnover) tidak menguntungkan organisasi, dan mereka seharusnya mempunyai komitmen yang lama. 

13) Inisiatif ( Initiative ) 

Karyawan sebaiknya didorong untuk berani membuat keputusan didalam batas – batas wewenang yang dideligasikan kepadanya, walaupun beberapa esalahan mungkin akan terjadi. 

14) Semangat Korp ( Esprit de corps ) 

Karyawan sebaiknya didorong untuk mendefinisikan kepentingannya dengan kepentingan organisasi dan dengan demikian mencapai kesatuan kekuatan yang tercermin dari “persatuan adalah kekuatan organisasi”. 

Fayol juga membagi kegiatan industri menjadi 6 kelompok: 

1) Kegiatan Teknikal (Produksi, Manufaktur, Adaptasi) 

2) Kegiatan Komersil (Pembelian, Penjualan, Pertukaran) 

3) Kegiatan Financial (penggunaan optimum modal) 

4) Kegiatan Keamanan 

5) Kegiatan Akuntansi 

6) Kegiatan Manajerial atau Fayol’s Functionalism yaitu: 

a. Perencanaan 

b. Pengorganisasian 

c. Pemberian perintah 

d. Pengkoordinasian 

e. Pengawasan 

C. Manajemen Ilmiah 

Dikembangkan tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor. Definisi Manajemen Ilmiah adalah Penerapan metode ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah organisasi” atau “Seperangkat mekanisme untuk meningkatkan efesiensi kerja. F.W. Taylor menuangkan ide dalam tiga makalah: Shop Management, The Principle Of Scientific Management dan Testimony before the Special House Comitte. Dari tiga makalah tersebut lahir sebuah buku “Scientific Management”. 

Berkat jasa-jasa yang sampai sekarang konsepnya masih dipergunakan pada praktek manajemen modern maka F.W. Taylor dijuluki sebagai “Bapak Manajemen Ilmiah”. 

Empat kaidah Manajemen menurut Frederick W. Taylor: 

1) Menggantikan metode kerja dalam praktek dengan metode atas dasar ilmu pengetahuan. 

2) Mengadakan seleksi, latihan dan pengembangan karyawan 

3) Pengembangan ilmu tentang kerja, seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah perlu intregasikan. 

4) Perlu dikembangkan semangat dan mental karyawan untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah.

No comments:

Post a Comment