Zat Besi Bantu Kinerja Otak
NEW YORK – Zat besi atau seng alias zink terbukti bisa membantu kinerja otak. Studi terbaru membuktikan, makanan yang diimbuhi zat besi membuat pelajar meningkatkan prestasinya di sekolah. Studi ini dilakukan dalam sepuluh minggu pada 209 siswa kelas 17. Mereka diberi konsumsi jus buah suplemen dengan kandungan zat besi.
Dari analisis didapat data para siswa tersebut mengalami peningkatan memori sebanyak 12 persen. Sedangkan siswa yang hanya mendapat asupan jus biasa hanya mengalami peningkatan memori enam persen saja. Para pengonsumsi zat besi juga lebih banyak memberi jawaban tepat pada tes pengenalan kata dan mendapat skor lebih baik dalam tes lainnya. Apabila hasil studi ini disetujui oleh kalangan ilmuwan lain, maka zat besi bisa direkomendasikan bagi remaja usia belasan. Riset ini dipresentasikan pada pertemuan Experimental Biology 2005 di San Diego, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Dr. James G. Penland dari Grand Forks Human Nutrition Research Center menegaskan bahwa temuan tersebut hanya berlaku pada remaja usia belasan yang tidak mengalami kekurangan zat besi. “Jadi bila kita melihat manfaat peningkatan konsumsi zat besi, maka dipastikan kelompok pengonsumsinya bukanlah mereka yang menderita defisiensi,” ujar Penland kepada Reuters. Kelompok usia remaja merupakan periode kritis di mana pertumbuhan fisik, emosi dan mental berjalan pesat. Justru di masa ini ditemukan anak perempuan sebanyak 10 persen mengalami kekurangan zat besi. Sejauh ini diketahui bahwa suplemen zat besi tidak membantu fungsi motorik maupun psikososial.(mer)
Aspirin Bisa Digunakan untuk ‘Penderita Stroke
JAKARTA – Para penderita stroke yang waswas dengan pembengkakan arteri pada otak, disarankan tidak ragu-ragu mengonsumsi aspirin. Sebab aspirin ternyata bekerja sebaik warfarin, yang merupakan obat khusus sakit kepala untuk penderita stroke. Demikian seperti yang dikutip AP, dari penelitian mengenai hal ini di beberapa negara bagian AS, baru-baru ini.
Penelitian yang dilakukan terhadap 569 orang penderita stroke di Amerika utara, menguatkan hal tersebut. Di mana 10 persen dari mereka menyatakan pemakaian aspirin pada diri mereka tidak membawa pengaruh apa pun, seperti yang selama ini ditakutkan.
Hal ini kemudian juga menimbulkan potensi berpindahnya para pemakai warfarin menjadi aspirin, karena kemungkinan penyembuhan yang ditimbulkan obat keluaran negara Jerman tersebut. Dr. Marc Chimowitz, seorang neurologi dari Universitas Emory yang melakukan studi tersebut, menyatakan bahwa tidak seharusnya para pasien stroke yang biasa mengonsumsi warfarin, langsung berpindah ke aspirin. Karena ia juga mencontohkan kemungkinan timbulnya penyakit lain, setelah meminum obat yang tidak cocok seperti serangan jantung dan kesemutan di kaki dan tangan. “Kebijakan pemakaian obat kembali diserahkan kepada dokter pasien yang bersangkutan. Apakah tetap mau memakai warfarin atau berpindah ke aspirin,” tambahnya. (slg)
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment