Kalimantan Kaya dengan hasil hutan baik itu kayu non kayu. Sumber hasil hutan kayu telah lama dimanfaatkan oleh Negara melalui HPH, kini potensi kayu sudah menipis jika kita lihat dengan banyak perusahaan kayu yang gulung tikar karena kekhurangan stok kayu. Hasil hutan non kayu sebenarnya tidak kalah potensinya, namun belum secara serius di garap. Selama ini hasil hutan bukan kayu (HHBK) banyak di manfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat yang berada di kawasan hutan.
Di Kalimantan Tengah potensi non kayu cukup dominan seperti beberapa jenis Rotan, Getah Jelutung, beberapa jenis Damar, Kemedangan, Biji Tengkawang, Kulit Kayu Gemor, Gaharu, Sirap dan Sarang Burung. Berdasarkan hasil inventarisasi Pilot Proyek KPHP di Kalimantan Tengah yang dilaksanakan United Kingdom – Indonesia Tropical Forest Management Programme (UK-ITFMP) tahun 1994 – 1997, selain jenis-jenis HHBK yang dominan tersebut, hutan di Kalimantan Tengah juga memiliki potensi yang cukup menjanjikan akan tanaman/tumbuhan obat-obatan, seperti Pasak Bumi, Saluang Belum, Akar Kuning, Akar Ginseng, Sintuk, Akar Busi, Tusuk Kusung, Penawar Bisa, Anak Busi, Sula Adam, Akar Sutra, Akar Gusi, Sendi Adam, Kei Umbut, Ipung, Ikang Siau serta Akar Buli.
Potensi HHBK tersebut pada umumnya tersebar tidak merata pada tipe Hutan Hujan Tropika (Tropical Rain Forest) baik dataran tinggi (Tropical Mountain Rain Forest) maupun dataran rendah (Tropical Lowland Rain Forest). Meskipun hingga saat ini belum dilaksanakan kegiatan inventarisasi potensi HHBK secara menyeluruh guna mengetahui luas dan sebaran HHBK, namun mengacu pada hasil survey yang dilaksanakan oleh ODA UK-ITFMP, diperkirakan mencakup luasan sedikitnya 10 % dari total luas Hutan Hujan Tropika di Kalimantan Tengah atau sekitar 1.350.363,87 Ha. (data kawasan hutan kalteng 2001).
Dilihat dari nilai ekonomi dan ekologi, potensi hasil hutan non kayu seperti rotan dan berbagai getah (pantung dan jerenang) lebih berpotensi. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan potensi hasil hutan non kayu untuk jenis rotan mencapai 839.684.000 ton/tahunnya. Hasil hutan ikutan saat ini lebih banyak terdapat pada daerah hulu sungai.
Pegunungan Meratus
Di Kawasan Pegunungan Meratus potensi HHBK cukup melimpah, mulai dari buah-buahan, bahan baku kerajinan, tumbuhan obat dan rempah-rempahan, tumbuhan berbunga, getah pohon, bahan baku bangunan subtitusi kayu, hingga madu.
Namun semua jenis tersebut belum maksimal dimanfaatkan, HHBK yang paling banyak di usahakan di Pegunungan Meratus adalah perkebunan karet rakyat, terutama di lereng sebelah barat dan utaranya. Hulu Sungai Tengah adalah kabupaten yang menempatkan karet sebagai produk unggulannya. Sentra lain terdapat di Kecamatan Loksado (HSS) dan Kecamatan Halong (Balangan). Potensi lain yang tidak kalah melimpah adalah bambu. Bambu di kawasan Pegunungan Meratus biasanya terdapat di bekas-bekas ladang dan kadang bersama mengisi relung yang ada dengan tanaman perkebunan lainnya seperti kayumanis dan karet. Hal ini berhubungan erat dengan kearifan tradisonal masyarakat adat di kawasan ini.
Berbagai macam bambu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai macam kepentingan juga, dari pemanfaatan untuk kerajinan, peralatan dapur bahkan untuk kelengkapan upacara ritual aruh adat. Dengan pemanfaatan seperti ini bambu adalah komponen penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Dayak, karena hampir setiap aktivitas kehidupan masyarakat Dayak menggunakan unsur bambu untuk mendukung kehidupannya. Di Loksado minimal terdapat 17 jenis bambu dengan luasan area yang sangat besar.
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment