Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai banyak potensi SDA tambang. Bahan galian C lebih di dominasi oleh tanah liat, pasir kwarsa, kaolin dan granit terdapat hampir di semua kabupaten. Sedangkan batu gamping banyak terdapat di kabupaten kapuas, GUMAS, Barito Timur, Barito Utara dan Mura.
Bahan galian A didominasi oleh batu bara dari pada potensi gas. Berdasarkan data yang ada, potensi bahan galian batu bara lebih banyak terdapat pada kabupaten MURA, BARUT, BARSEL dan BARTIM.
Bahan galian B hampir setiap kabupaten terdapat potensi ini,baik emas sekunder dan emas primer. Di kalimantan tengah saat ini terdapat kurang lebih 20 perusahaan tambang emas yang saat ini masih dalam tahap melakukan penelitian dan eksplorasi (Potensi sumberdaya mineral pertambangan-gol A dan B ,2005). Dibawah ini dapat dilihat sebaran bahan galian yang terdapat di Kalimantan tengah dan sudah dikelola oleh beberapa perusahaan.
Peta Sebaran Potensi bahan meneral di kalimantan Tengah
Pada daerah hilir lebih banyak tanah gambut (palangkaraya,kapuas,KOBAR,KOTIM dan katingan). Untuk bahan galian dengan jenis batu permata (kecubung) hanya terdapat di kabupaten Kotawaringin Barat.
Diwilayah Schawaner yaitu di kecamatan Sanaman Mantike terdapat batu granit, Batu Mulia terletak di Bukit Butik, Desa Tumbang Atei Kecamatan Sanaman Mantkei dan di Desa Rantau Bahai Kecamatan Katingan Hulu.
Peg Muller :
Pada tahun 1961, PBB menugaskan Jepang (JICA) melakukan studi hydro power electric generator di wilayah Laung Tuhup dan Muara Joloi yang diketahui akan mampu memberikan daya listrik yang cukup untuk keseluruhan Pulau Borneo, bahkan ke wilayah lainnya. Tahun 1997, di lakukan lagi penelitian oleh Pemda Kalteng dan ditemukan banyak potensi tambang di wilayah calon reservoir air / genangan daerah aliran sungai untuk hydro electric tersebut, maka rencana pembuatan waduk PLTA tersebut dinilai tidak feasibel.
Menurut Pemaparan Bupati tentang kondisi dan percepatan pembangunan di Kabupaten Murung Raya berdasarkan peta geologi lembar Kalimantan, bagian Utara Kalimantan Tengah merupakan jalur mineralisasi yang dikenal dengan “Borneo Gold Belt” yang menghasilkan berbagai mineral bernilai ekonomi seperti: Au, Ag, Cu, Zn, Pb, Fe dan intan serta mineral-mineral industri seperti Kaolin, Pasir Kwarsa, Bentonite maupun Granit. Pada bagiah tengah ditemukan sekungan Barito, Kutai dan Kuala Pambuang memiliki kandungan endapan minyak dan gas bumi serta batubara.
Di Kalimantan Selatan setidaknya ada 22 bahan tambang yang berpotensi, diantaranya ada 7 bahan tambang unggulan yaitu batu bara, intan, emas, marmer, bijih besi, pasir kwarsa dan batu gamping.
Menurut data yang tersedia dari sumber yang sama sampai tahun 2000, bahan tambang emas belum berproduksi. Eksplorasi emas seluas 291 297.27 ha dilakukan oleh PT. Meratus Sumber Mas (operasi tahun 1998), PT. Pelaihari Mas Utama dan PT. Aneka Tambang/Pelsart (operasi tahun 2000). Adapun yang sudah lebih dulu melakukan eksploitasi adalah usaha pertambangan emas rakyat yang oleh pemerintah dianggap illegal seperti di daerah Kusan.
Saat ini Kalimantan Selatan merupakan penyetor terbesar di Indonesia dari SDA batu bara, dengan dominasi terbesar oleh investor melalui PT. Adaro Indonesia, PT. Arutmin Indonesia, dan PT. Bahari Cakrawala Sebuku (CBS). Potensi batu bara sebagai SDA yang tidak pulih di Kalimantan Selatan diperkirakan + 3 milyar ton. Catatan kantor Dinas Pertambangan Propinsi Kalimantan Selatan, PT AGM telah mencatatkan produksi batubaranya sejak 1999. Sejak tahun 1998 hingga tahun 2001 PT AGM telah memproduksi Batubara sebanyak 632.711 ton. PT AGM diberikan kesempatan bulk sampling sebesar 200.000 ton per tahunnya, tapi sejak tahun 2000 bulk sampling PT AGM telah mencapai lebih dari 200.000 ton/th.
Secara keseluruhan realisasi ekspor batu bara Kalsel per Januari – September 2005 saat ini mencapai volume 39.526.503.377,13 kilogram, atau naik sekitar 12,71 persen dari waktu yang sama pada periode sebelumnya yang hanya 34.661.820.681,17 kilogram. Jumlah tersebut dipastikan terus bertambah hingga akhir tahun 2005 (Desperindag Kalsel). Dari total volume tersebut diperoleh pendapatan sebesar Rp 1.262.582.117,73 atau naik sekitar 47,37 persen dari periode sebelumnya Rp 856.721.729,16. Perhitungan ini tentunya diluar dari kegiatan pertambangan illegal yang marak di Kalimantan Selatan yang mulai terasa sejak tahun 1999.
SDA lainnya adalah biji besi dengan potensi terbesar terletak di Tanah Bumbu yang diperkirakan sebanyak 140 juta ton. Selanjutnya Kotabaru, Tanah Laut dan Satui (B. Post, 25 April 2006) dengan kwalitas yang cukup baik dengan kadar Fe mencapai 67. Adapun Tanah Laut telah meng ekspor biji besi + 300.000 ton (Syaifullah Tamliha, 2006) ke China melalui PT. Kuang Ye Int. MD.
No comments:
Post a Comment