Obat Tradisional

Sekarang ini banyak ilmuwan yang tertarik mempelajari pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan sumberdaya tumbuhan. Pengetahuan ini mempunyai pengaruh besar dan memberikan kontribusi penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan alasan tersebut maka dipelajari pengetahuan tradisionil masyarakat suku dayak Kenyah tentang dunia tumbuhan khususnya tumbuhan hutan/liar yang dimanfaatkan untuk sumber buah-buahan dan sayuran. 

Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa masyarakat dayak Kenyah yang bermukim di desa Gemar Baru mengumpulkan sekurang-kurangnya 55 marga dan lebih dari 90 jenis tumbuhan buah-buahan dan sayuran liar dari hutan dan beberapa ditanam di pekarangan. Banyak tumbuhan penghasil makanan dari hutan ditemukan di hutan sekunder atau ladang yang ditinggalkan. Masyarakat dayak Kenyah pada umumnya meramu dan memanfaatkan tumbuhan liar yang ada disekitarnya dan menggunakan berbagai jenis dan kultivar dari tanaman budidaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Pengamatan di lapangan didapatkan bahwa masyarakat suku dayak Kenyah lebih banyak mengeksploitasi hutan sekunder daripada hutan primer untuk mencari buah-buahan dan sayuran. Hutan-hutan disekitar tempat tinggal mereka kaya akan pohon buah-buahan liar, termasuk mangga, manggis, rambutan dan durian. Beberapa jenis durian yang dipanen dari hutan seperti durian merah Durio dulcis dan Durio graveolens serta durian berdaging buah kuning yang biasa dikenal dengan nama daerah ‘lai’ (Kutai) Durio kutejhensis. Beberapa dari jenis durian tersebut tidak di makan oleh masyarakat setempat karena memabukkan. Tingginya konsentrasi keterdapatan sekerabatan tumbuhan atau mahkluk lainnya dan besarnya keanekargaman suatu jenis dijadikan indikator untuk menunjuk tempat tersebut sebagai pusat persebarannya, yang sekaligus merupakan pusat keanekaragamannya. Menurut Sastrapradja dkk (1989) durian yang memiliki keanekaragaman yang besar dalam jenisnya berpusat persebaran di Kalimantan. Sebab di Kalimantanlah tumbuh secara alami 19 jenis durian liar dari keseluruhan 27 jenis yang tersebar di kawasan Malesia. Jadi meskipun durian budidaya memiliki persebaran luas, tidak saja di Indonesia tetapi juga di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Filipina, kerabat liarnya berpusat di Kalimantan. 

Berbagai jenis mangga liar seperti Mangifera griffithii, M. torquenda, M. foetida dan M. caesia juga banyak tumbuh liar disekitar hutan perkampungan suku dayak Kenyah. Hal ini juga terlihat dari hasil ekspedisi badan internasional seperti IBPGR (International Board for Plant Genetic Resources) yang berulangkali menyeponsori ekspedisi internasional untuk mengekplorasi dan mengumpulkan plasma nutfah kerabat liar tanaman budidaya di Indonesia. Dari beberapa marga yang sudah ditangani didapatkan bahwa mangga pusat keanekaragamannya di Sumatera dan Kalimantan (Sastrapradja dkk, 1989). 

Buah-buah dari famili Moraceae seperti sukun Artocarpus elasticus, nangka liar Artocarpus intiger serta cempedak A. cempeden yang lezat rasanya terdapat di dalam hutan dan juga ditanam oleh suku dayak Kenyah. Marga Artocarpus ini ditemukan beberapa jenis liarnya di hutan sekitar perkampungan masyarakat suku Dayak Kenyah dan mempunyai nilai komersil yang bersifat lokal di Kalimantan Timur. Menurut Sastrapradja dkk (1989) merupakan salah satu marga yang mempunyai persebaran yang terbatas di kawasan hutan Malesia Barat. 

Buah-buahan dari famili Sapindaceae seperti halnya rambutan Nephelium eriopetalum, N. longana, N. mutabile dan Xerospermum juga banyak ditemukan baik yang liar atau semi domestikasi maupun yang ditanam oleh masyarakat . Jika kita kaji proses terbentuknya kebun atau pekarangan yang bermula dari terseraknya sisa-sisa bahan makanan yang diperoleh dari hutan dan tumbuh subur di dekat pemukimannya, maka tidaklah mengherankan bahwa kultivar primitif dari berbagai jenis buah-buahan tersebut banyak dijumpai di kebun atau pekarangan mereka. 

Selain mengumpulkan buah liar untuk dimakan sendiri maupun untuk dijual, banyak masyarakat dayak Kenyah memelihara pohon-pohon di hutan seperti petai. Pohon petai Parkia spp yang menjulang tinggi di dalam hutan, mempunyai biji kaya akan protein yang dimakan dan dijual di pasar-pasar setempat. Daun muda dan bagian tangkai bunganya juga dapat di makan. 

Menarik untuk dicatat bahwa meskipun banyak jenis buah-buahan sudah dibudidayakan oleh masyarakat suku Dayak Kenyah tetapi miskin akan tanaman sayuran. Agaknya, karena banyak tumbuhan liar yang dapat dimanfaatkan daunnya untuk sayuran, sehingga kurang dirasa perlu untuk membudidayakan. Daun, tunas dan akar berbagai jenis tumbuhan liar dimakan sebagai sayuran. Seperti tunas Cyperus bancanus dan tunas akar ilalang Imperata cylindrica merupakan lalapan yang umum ditemukan pada masyarakat dayak Kenyah. 

Daun muda dan batang Cyathea contaminans (paku tiang), serta paku-pakuan Diplazium, Nephrolepis biserrata,dan Stenochlaeana merupakan sumber sayuran yang direbus atau dioseng dan kadang-kadang dimasak secara tradisional dalam tabung bambu seperti memasak lemang. Sayuran tradisional lainnya seperti rebung Bambusa spp dan jantung pisang hutan Musa balbisiana juga merupakan sumber sayuran yang banyak terdapat di hutan sekunder disekitar perkampungan dayak Kenyah. Demikian juga halnya dengan jenis-jenis Zingiberaceae seperti Alpinia spp, Nicolaia speciosa dan Kaempferia spp sumber sayuran dan bahan penyedap yang disukai. 

Borassodendron borneensis merupakan buah palem yang dipanen langsung dari hutan. Selain itu beberapa jenis palem disamping pemanfaatannya untuk komersil seperti berbagai jenis rotan, bagian pucuknya biasanya juga dimanfaatkan untuk sayur-sayuran dan buahnya kadang-kadang juga dimakan. Bagian ujung dari batang rotan yang dipanen biasanya dimanfaatkan dengan cara dibakar sampai layu, kemudian dikupas bagian kulitnya yang keras dan berduri. Bagian dalamnya selanjutnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Demikian juga halnya dengan umbut atau pucuk dari Eugeissona utilis, Oncosperma dan Pinanga biasanya merupakan sayuran yang dimasak bersama dengan ikan. 

Beberapa jenis buah-buahan hutan dimakan oleh masyarakat hanyalah bersifat iseng (istilah Banilodu (1998) ’dimakan main-main’) dan sebagai penghilang kelau (haus atau lapar sementara) seperti Curculigo orchioides, Passiflora foetida dan buah beberapa jenis rotan seperti Calamus manan dan C. ornatus . Terbukti bahwa pengetahuan tentang ini akan meningkatkan kemampuan forest survival (Rifai, 1998).

Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment