Lass (1984) mengatakan secara garis besar, fonologi adalah suatu sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang ’bunyi bahasa’. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik; berbeda dengan fonetik yang berupa kajian yang agak lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisik dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, neurologikal, dan psikologikal manusia yang membuat bunyi-bunyi itu. Sugiono (2003) mengatakan fonologi membicarakan prosodi sebagai sistem bunyi bahasa, sedangkan fonetik memperlakukan prosodi sebagai gejala fisik yang merupakan bagian dari tindak tutur atau dapat juga dikatakan bahwa fonetik mengkaji bunyi pada tataran permukaan yaitu tataran yang merefleksikan peristiwa artikulasi, akustis, dan perseptual. Fonologi, adalah ’linguistik’, dalam pengertian bahwa sintaksis, morfologi, dan sampai tingkat tertentu, semantik juga linguistik; sedangkan fonetik berangsur-angsur berubah dalam berbagai hal menuju ke neurologi, psikologi perseptual, akustik, dsb.
Pendekatan Fonetik (Eksperimental dan Impresionistik)
Pendekatan fonetik dalam memperlakukan objeknya dapat dibuat dengan dua pendekatan yaitu pendekatan eksperimental dan pendekatan impresionistik atau disebut juga pendekatan auditoris dan pendekatan instrumental.
Meskipun jelas bahwa objek fonetik adalah gejala akustik yang konkrit, penyelidikan atas objek itu semula hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan impresi ahli fonetik. Identifikasi dan analis terhadap objek bunyi yang dikaji didasarkan sepenuhnya pada kemampuan indera pendengaran, penglihatan, dan kesadaran akan aktivitas organ tuturnya sendiri ketika sebuah bunyi diujarkan.
Dalam berbicara, apabila sebuah kata diucapkan dengan sangat cepat maka ucapan itu berlalu begitu saja. Jika kita ingin menganalisisnya lebih mendalam, maka kata-kata tersebut harus diulang pengucapannya, dengan resiko bunyi-bunyi yang kita ucapkan itu akan berbeda dengan pengucapan pertama. Perbedaan itu terjadi pada tekanan, panjang-pendeknya bunyi, tinggi rendahnya suara dan lain sebagainya.
Rangkaian ujaran (Speech Chain) dimulai dengan pembentukan ucapan-ucapan dalam otak penutur, apakah itu frasa, kata, maupun kalimat. Kemudian syaraf motoris dalam otak memerintahkan alat ucap untuk mengucapkan tuturan yang direalisasikan dalam gelombang bunyi yang kemudian sampai ke telinga pendengar dan diterima syaraf pendengaran dan diteruskan lagi ke otak untuk diinterpretasi. Ketika pesan ada dalam otak, hal ini menyangkut tataran fisiologis, dan ketika pesan berada diluar alat ucap, hal ini menyangkut tataran akustik. Dengan demikian kajian fonetik akustik merupakan bidang fonetik eksperimental.
Dalam fonetik eksperimental dikenal adanya frekuensi, durasi, dan intensitas. Frekuensi diukur dengan berapa banyak gelombang yang terdapat dalam satu detik. Gelombang disebut juga siklus, jadi jumlah siklus diukur dalam satu detik. Durasi adalah waktu yang diperlukan untuk satu gelombang, disebut periode, jadi jumlah durasi diukur dalam periode. Intensitas berhubungan dengan amplitudo, yaitu simpang getar antara puncak gelombang dengan sumbu X. Dalam hal ini amplitudo menyangkut kenyaringan suara Sehingga dikaitkan dengan tenaga yang dibutuhkan ketika mengucapkan bunyi. Semakin besar tenaga yang dikeluarkan semakin nyaring bunyi yang didengar.
Frekuensi suara diukur dengan satuan Hertz yang disingkat dengan Hz, satu Hz sama dengan satu siklus dalam satu detik, sedangkan durasi atau periode dihitung dengan milidetik, disingkat md. Intensitas dihitung dengan satuan desibel disingkat dB. Masing-masing pengukuran dinyatakan dalam rumus: F = 1/T, T = 1/F, I = 10 (LOG(IA/IB)).
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
Lihat Juga Artikel dengan cara meng KLIK di bawah ini :
http://globalsearch1.blogspot.com/
http://ayuarifahharianja.blogspot.com/
http://dinulislami.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment