Paradigma
.jpg)
Pada masa tertentu paradigma Plato
banyak digunakan ahli bahasa untuk memecahkan masalah linguistik. Penganut
paradigma Plato ini disebut kaum naturalis. Mereka menolak gagasan
kearbitreran. Pada masa tertentu lainnya paradigma Aristoteles digunakan
mengatasi masalah linguistik. Penganut paradigma Aristoteles disebut kaum
konvensionalis. Mereka menerima adanya kearbiteran antara bahasa dengan
realitas.
Pertentangan antara kedua paradigma ini
terus berlangsung sampai abad 20. Di bidang linguistik dan semiotika dikenal
tokoh Ferdinand de Saussure sebagai penganut paradigma .Aristoteles dan Charles
S. Peirce sebagai penganut paradigma Plato. Mulai dari awal abad 19 sampai
tahun 1960-an paradigma Aristoteles yang diikuti Saussure yang berpendapat
bahwa bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer digunakan dalam memecahkan
masalah-masalah linguistik. Tercatat beberapa nama ahli linguistik seperti
Bloomfield dan Chomsky yang dalam pemikirannya menunjukkan pengaruh Saussure
dan paradigma Aristoteles. Menjelang pertengahan tahun 60-an dominasi paradigma
Aristoteles mulai digoyahkan oleh paradigma Plato melalui artikel R. Jakobson
"Quest for the Essence of Language" (1967) yang diilhami oleh Peirce.
Beberapa nama ahli linguistik seperti T. Givon, J. Haiman, dan W. Croft
tercatat sebagai penganut paradigma Plato.
No comments:
Post a Comment