Pada abad 20 penelitian bahasa tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa
saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika
(bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa
Papua dan bahasa banyak negara di Asia). Ciri-cirinya:
1)
Penelitian
meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.
2)
Pendekatan
dalam meneliti bersifat strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang
bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.
3)
Tata bahasa
merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar
dapat dibedakan atas mikrolinguistik, makro linguistik, dan sejarah linguistik.
4)
Penelitian
teoretis sangat berkembang.
5)
Otonomi ilmiah
makin menonjol, tetapi penelitian antardisiplin juga berkembang.
6)
Prinsip dalam
meneliti adalah deskripsi dan sinkronis
Keberhasilan kaum Junggramatiker
merekonstruksi bahasa-bahasa proto di Eropa mempengaruhi pemikiran para ahli
linguistik abad 20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak hanya
dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan
strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang
berkaitan (system of relation).
Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam
membentuk sistem tersebut.
Beberapa pokok pemikiran Saussure:
(1)
Bahasa lisan
lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan hanya merupakan sarana yang
mewakili ujaran.
(2)
Linguistik
bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti pada tata bahasa tradisional.
Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan bagaimana orang berbicara dan
menulis dalam bahasanya, bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya
berbicara.
(3)
Penelitian
bersifat sinkronis bukan diakronis seperti pada linguistik abad 19. Walaupun
bahasa berkembang dan berubah, penelitian dilakukan pada kurun waktu tertentu.
(4)
Bahasa
merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant (penanda) dan signifie (petanda). Keduanya merupakan
wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
(5)
Bahasa formal
maupun nonformal menjadi objek penelitian.
(6)
Bahasa
merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
(7)
Dibedakan
antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi pemakai bahasa dari
suatu kelompok sosial (langue) dengan
bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
(8)
Dibedakan
antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa. Hubungan asosiatif atau
paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan satuan lain karena ada
kesamaan bentuk atau makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan
pembentuk sintagma dengan mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang
mengikuti atau mendahului.
Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh
sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad 19 dipengaruhi oleh
hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli
linguistik Amerika mempelajari bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif
dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh
perhatian pada masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga
(1801-1809), menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai
meneliti bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama
William Dwight Whitney (1827-1894) menulis sejumlah buku mengenai bahasa,
antara lain Language and the Study of
Language (1867).
Tokoh linguistik lain yang juga ahli
antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini mendapat pendidikan di
Jerman, tetapi menghabiskan waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya
berupa buku Handbook of American Indian
languages (1911-1922) ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku
tersebut terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal
yang digunakan untuk mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal
ilmiah berjudul International Journal of
American Linguistics.
Pengikut Boas yang berpendidikan
Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi dinilai
menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language (1921) sebagian besar mengenai
tipologi bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah mengenai klasifikasi
bahasa-bahasa Indian.
Pemikiran Sapir berpengaruh pada
pengikutnya, L. Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya
mendominasi dunia linguistik sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield
menulis buku An Introduction to
Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam jurnal Language yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun
1924. Pada tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language yang mengungkapkan pandangan behaviorismenya tentang fakta
bahasa, yakni stimulus-response atau
rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari
Universitas Harvard dalam pengajaran bahasa melalui teknik drill.
Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan
Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai satuan psikologis, tetapi Bloomfield
berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya
melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu
mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai
percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum
Bloomfieldian berusaha menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang
belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar
bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.
Bloomfield berpendapat fonologi,
morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan. Tata
bahasa lain yang memperlakukan bahasa sebagai sistem hubungan adalah tata
bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang
memperlakukan bahasa sebagai sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut
pendekatan ini setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen
lain membentuk suatu satuan yang disebut tagmem.
Murid Sapir lainnya,
Zellig Harris, mengaplikasikan metode strukturalis ke dalam analisis segmen
bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis, sintaktis, dan
wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap analisis fonologis.
Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951).
Ahli linguistik yang cukup
produktif dalam membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang
mencetuskan teori transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan
selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang
dicetuskannya melalui Aspects of the
Theory of Syntax (1965) disebut standard
theory. Karena pendekatan teori ini secara sintaktis tanpa menyinggung
makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968
sarjana ini mencetuskan teori extended
standard theory. Selanjutnya pada tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun
1993 Minimalist program.
No comments:
Post a Comment