“ Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan bagian dari ilmu komputer yang
membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang
dilakukan oleh manusia. “ Kusumadewi [2003]: artificial intelligence.
Tujuan Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan dapat membantu meringankan beban kerja manusia misalnya
dalam membuat keputusan, mencari informasi secara lebih akurat, atau membuat
komputer lebih mudah digunakan dengan tampilan yang mudah dipahami. Kecerdasan didapat berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman, untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat
mempunyai kecerdasan maka perangkat lunak tersebut harus diberi suatu
pengetahuan dan kemampuan untuk menalar dari pengetahuan yang telah didapat
dalam menemukan solusi atau kesimpulan layaknya seorang pakar dalam bidang
tertentu yang bersifat spesifik. Dua bagian utama yg dibutuhkan untuk aplikasi
kecerdasan buatan :
1.
Basis pengetahuan (knowledge base): berisi fakta-fakta,
teori, pemikiran & hubungan antara satu dengan lainnya. Pengetahuan pun
merupakan informasi terorganisasi dan teranalisis agar bisa lebih mudah
dimengerti dan bisa diterapkan pada pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
2.
Motor inferensi (inference engine) : kemampuan menarik
kesimpulan berdasarkan pengalaman serta pertimbangan yang didasarkan pada fakta
dan hubungan-hubungannya yang terkandung dalam basis pengetahuan.
Dengan basis pengetahuan dan kemampuan untuk menarik kesimpulan melalui
pengalaman (inferensi), komputer dapat disejajarkan sebagai alat bantu yang
bisa digunakan secara praktis dalam memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan.
Dengan
teknik pelacakan basis pengetahuan untuk mencari fakta dan hubungannya yang
relevan, komputer bisa mencapai satu atau lebih solusi alternatif pada masalah
yang diberikan. Basis pengetahuan
komputer dan kemampuan inferensi telah meningkatkan daya guna komputer bagi
manusia. Kecerdasan buatan telah
memberikan suatu kemampuan baru kepada komputer untuk memecahkan masalah yang
lebih besar dan lebih luas, tidak hanya terbatas kepada soal-soal perhitungan,
penyimpanan, dan pengambilan data atau pengendalian yang sederhana.
Konsep Kecerdasan Buatan
Ada
beberapa konsep yang harus dipahami dalam kecerdasan buatan, yaitu:
1.
Turing test-
Metode pengujian kecerdasan
Turing test marupakan sebuah metode
pengujian kecerdasan yang dibuat oleh Alan Turing. Proses uji ini melibatkan
seseorang penanya (manusia) dan dua obyek yang ditanyai. Yang satu adalah
seorang manusia dan satunya adalah sebuah mesin yang akan diuji. Penanya
diminta untuk membedakan mana jawaban manusia berdasarkan jawaban kedua obyek
tersebut. Jika penanya tidak dapat membedakan mana jawaban mesin dan mana
jawaban manusia maka Turing berpendapat bahwa mesin yang diuji tersebut dapat
diasumsikan cerdas.
2.
Pemrosesan simbolik
Komputer
semula didesain untuk memproses bilangan/ angka-angka (pemrosesan numeric). Sementara manusia dalam
berpikir dan menyelesaikan masalah lebih bersifat simbolik, tidak didasarkan
pada sejumlah rumus atau melakukan komputasi matematis. Sifat penting dari AI
merupakan bagian dari ilmu komputer yang melakukan proses secara simbolik dan
non-simbolik dalam penyelesaian masalah.
3.
Heuristik
Istilah
heuristik diambil dari bahsa Yunani
yang berarti menemukan. Heuristik
merupakan suatu strategi untuk melakukan proses pencarian (search) ruang problem secara selektif, yang memandu proses
pencarian yang kita lakukan di sepanjang jalur yang memiliki kemungkinan sukses
paling besar.
4.
Penarikan kesimpulan
AI
mencoba membuat mesin memiliki kemampuan berpikir atau mempertimbangkan (reasoning). Kemampuan berpikir (reasoning) termasuk didalamnya proses
penarikan kesimpulan (inferencing) berdasarkan
fakta-fakta dan aturan dengan menggunakan metode heuristik atau metode pencarian lainnya.
5.
Pencocokan pola (Pattern
matching)
AI bekerja dengan
metode pencocokan pola (Pattern matching)
yang berusaha untuk menjelaskan obyek, kejadian (events) atau proses, dalam hubungan logika atau komputasional.
Representasi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model mental
yang menggambarkan obyek dengan tepat dan merepresentasikannya dalam aksi yang
dilakukan terhadap suatu obyek (Martin dan Oxman, 1988).
Agar pengetahuan dapat digunakan dalam sistem,
pengetahuan harus direpresentasikan dalam format tertentu yang kemudian
dihimpun dalam suatu basis pengetahuan. Cara sistem pakar merepresentasikan
pengetahuan akan mempengaruhi perkembangan, efisiensi, dan perbaikan sistem. Representasi
pengetahuan merupakan metode yang digunakan untuk mengodekan pengetahuan dalam
sebuah sistem pakar yang berbasis pengetahuan. Perepresentasian dimaksudkan
untuk menangkap sifat-sifat penting problema dan membuat informasi itu dapat
diakses oleh prosedur pemecahan masalah.
Pengetahuan dapat direpresentasikan dalam bentuk yang
sederhana atau kompleks, tergantung dari masalahnya (Schnupp, 1989). Beberapa
model representasi pengetahuan yang penting, adalah: logika (logic), jaringan semantik (semantic network),
object-atributte-value (OAV), bingkai (frame)
dan kaidah produksi (production rule).
Kaidah
Produksi (Production Rule)
Kaidah menyediakan cara formal
untuk merepresentasikan rekomendasi, arahan, atau strategi. Kaidah produksi
dituliskan dalam bentuk jika-maka (if-then).
Kaidah if-then menghubungkan
anteseden (antecedent) dengan
konskuensi yang diakibatkannya. Berbagai struktur kaidah if-then yang menghubungkan obyek atau atribut adalah sebagai
berikut:
JIKA premis MAKA konklusi
JIKA masukan MAKA keluaran
JIKA kondisi MAKA tindakan
JIKA anteseden MAKA konsekuen
JIKA data MAKA hasil
JIKA tindakan MAKA tujuan
Premis mengacu pada fakta yang harus benar sebelum
konklusi tertentu dapat berubah. Masukan mengacu pada data yang harus tersedia
sebelum keluaran dapat diperoleh. Kondisi mengacu pada keadaan yang harus
berlaku sebelum tindakan dapat diambil. Anteseden mengacu pada situasi yang
terjadi sebelum konsekuensi dapat diamati. Data mengacu pada kegiatan yang
harus dilakukan sebelum hasil dapat diharapkan. Tindakan mengacu pada kegiatan
yang harus dilakukan sebelum hasil dapat diharapkan (Hanifah, 1998).
Secara umum, dalam bentuk kaidah produksi IF premis
THEN konklusi,maka untuk premis yang lebih dari satu dapat dihubungkan dengan
operator and atau or. Sedangkan konklusi dapat berupa kalimat tunggal yang
dihubungkan dengan and dan
dimungkinkan dikembangkan dengan else.
Suatu kaidah biasanya memberikan informasi terkait
dengan domain obyek, tetapi dapat juga suatu kaidah berisi operasi tertentu,
contohnya :
IF terdapat perintah hitung IPK
THEN IPK= (total nilai/total sks)
Kaidah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kaidah derajat pertama (first order rule) dan kaidah meta (meta rule) (Giarrantano dan Riley,
1994). Kaidah derajat pertama adalah kaidah sederhana yang terdiri dari
anteseden dan konsekuen. Misalnya:
JIKA bersin-bersin dan pusing
MAKA terserang penyakit flu
Kaidah meta adalah kaidah yang anterseden atau konsekuenya mengandung
informasi tentang kaidah yang lain. Misalnya:
Aturan 1:
JIKA Pusing
DAN Cepat leleh
DAN Sering kesemutan
MAKA Anemia
Aturan 2
JIKA Anemia
DAN Batuk kronis
MAKA TBC
Untuk hasil yang lebih akurat dalam memecahkan masalah dalam suatu
domain, biasanya dibutuhkan aturan yang
cukup banyak karena masing-masing aturan berisi detail pengetahuan. Jumlah
pengetahuan akan menggambarkan kompleksitas sistem pakar.
No comments:
Post a Comment